Minggu, 10 November 2013

Misteri Angka 15


Hi minna.. ketemu lagi bersama saya. Gak perlu basa basi, yang mau baca DOUZO

Demo, dalam FF ini banyak terdapat kekurangan. Mohon di maklum yah!! Soalnya autor masih belajar dan belum berbakat seperti kalian. ^_^

WARNING : oyah,,, bagi anak di bawah umur di harap jangan baca FF ku ini, OK!!

Autor : Syifa Fithriani Shadrina, #Chii L Kyuu#, Naoi Kakkoi, Princess Ichigo *bergandengan tangan dengan Yamada Ryosuke* XD

Ganre: horor / misteri mungkin

Pemain:

-          Yuri Chinen / Yuu_chan

-          Daiki Arioka / Daiki Senpai

-          Yamada Ryosuke -> liat jah entar dia jadi apa.. hehe

-          Beberapa Member JUMP lainnya... *dua orang sebagai pemain tambahan dan sebagian lainnya sebagai korban pembunuhan XD*

~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~

#Yuri POV

Shinigami,, wanita pembawa sial,, itulah sebutan bagiku selama beberapa hari ini. Aku termenung sendiri di teras balkon rumahku. Memikirkan kejadian aneh yang menimpa diriku selama sebulan terakhir ini. Aku tak tahu kenapa hal ini bisa terjadi pada diriku. Dulu aku hanyalah seorang mahasiswi hantu (?). Kalian jangan berpikir kalau aku ini seorang hantu. Aku sama seperti kalian, hanya manusia biasa, namun keberadaanku inilah yang mirip dengan hantu –antara ada dan tiada-. Raga dan jiwaku ada namun mereka semua tidak menganggapku ada.

Oyah, sebelum lupa perkenalkan dulu. Namaku Yuri Chinen. Panggil saja aku Yuri atau Yuuchan. Aku adalah seorang mahasiswi tingkat 2 jurusan kedokteran di Universitas Meiji, Japan. Aku hanya tinggal bersama ojisan. Kasan sudah meninggal semenjak 4 tahun yang lalu dan aku tidak punya saudara sama sekali.

Semenjak kaasan meninggal, hidupku sangat berantakkan. Otosan selalu menyiksaku. Semua temanku tidak mau berteman lagi denganku, entah kenapa... Dan semenjak itulah aku memutuskan untuk merubah sikapku 180 derajat, yang awalnya periang jadi lebih suka menyendiri. Walaupun aku tidak punya teman samasekali, aku merasa nyaman dan tidak usah merasa takut akan kecewa atau merasa kehilangan lagi seperti waktu itu.
Aku tidak habis pikir kenapa selama beberapa hari ini aku malah terkenal sebagai shinigami dan di benci oleh semua orang, padahal aku sama sekali tidak melakukan apapun. Tapi, apa benar kalau aku ini adalah wanita pembawa sial ataupun shinigami. Wajarlah mereka berpendapat seperti itu, karna aku sendiripun merasakannya.

Dalam sebulan ini, orang-orang yang menggangguku dan membuatku menangis, esok harinya mereka ditemukan meninggal secara mengenaskan. Aneh bukan. Apa ini hanya sebuah takdir atau kebetulan saja! Tapi kenapa sampai berulang empat kali? Dan mimpi itu?

Sebelum mereka mati, pada malam hari setelah mereka menggangguku -saat aku tidur- seorang pemuda selalu hadir dalam mimpiku. Pemuda yang tidak aku ketahui identitasnya. Aku tidak pernah melihat seperti apa rupanya karna cahaya yang menyilaukan yang datang dari arah belakang tubuhnya. Di dalam mimpi itu dia selalu berkata “tenanglah. Aku ada di sini. Di sisimu. Aku akan selalu menjagamu, melindungimu. Percayalah. Jadi jangan bersedih lagi”

Apa pemuda itu pelakunya? Tapi,, dia siapa? Apa benar dia berusaha melindungiku dari orang-orang itu. Tapi kenapa harus dengan cara membunuh?

Kejadian terakhir menimpa Yuya Takaki, anak jurusan asitektur. Dua hari yang lalu dia mengolok-olokku dan mempermalukanku di depan banyak orang. Tentu saja aku merasa sangat malu. Setalah itu, keesokan harinya, orang itu (Yuya Takaki) ditemukan sudah tak bernyawa dengan luka tusukan yang sangat banyak. Wajah pemuda itu hampir tidak bisa dikenali karna penuh dengan luka sayatan. Mengerikan bukan!

Beberapa menitpun berlalu, tapi aku sama sekali belum menemukan suatu petunjukpun. Karna hari sudah menjelang sore dan akan berganti malam, akupun memutuskan tuk menunda pemikiran itu. Aku harus segera memasak. Sebentar lagi otosan akan pulang dari tempat kerjanya. Jika dia sudah pulang dan tidak menemukan makanan sedikitpun, dia pasti marah dan menyiksaku kembali.

~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~

Setelah selesai memasak, aku langsung masuk ke kamar dan membaringkan tubuhku di atas tempat tidurku yang ukurannya tidak terlalu besar ini. Tempat tidur yang dibalut oleh sprai bercorak polkadot berwarna hijau muda. Aku memang suka warna hijau muda. Warna itu selalu membuatku merasa tenang. Oleh sebab itu aku sengaja menghias kamarku dengan cat dan beberapa aksesoris berwarna hijau muda.

Selama beberapa menit, aku terus melihat langit-langit kamarku yang bercat putih. Aku tidak tahu apa yang sedang ku pikirkan saat itu. Pikiranku melayang entah kemana. Tiba-tiba aku teringat seorang pemuda yang dulu sempat menghiburku dan memberikan sebuah saputangan kepadaku tuk menghapus cairan butiran bening yang keluar dari pelupuk mataku waktu itu.

“ah,,”

Aku bangkit dari tidurku. Mengambil boneka yang berada di atas meja yang terdapat di samping tempat tidurku. Boneka itulah yang selama ini menjadi teman terbaikku, teman curhatku. Boneka beruang dengan ukuran sedang, berwarna putih susu, yang sedang membawa strowberry. Yama, yah! Aku memberikannya nama itu.

“yama,, apa benar pemuda itulah yang melakukan semua ini? Apa dia juga yang selalu hadir dalam mimpiku? Demo, mana mungkin. Dia kan sangat baik. Dia juga adalah salah satu mahasiswa yang sangat populer dan disukai banyak orang. Tampangnya juga imut, tidak menampakkan sebagai orang jahat. Atau mungkin dia itu seorang psikopat srigala berbulu domba. Di luar memang tampak sebagai orang baik, tapi di dalamnya,,, aaaaaaaaaaaa,, iie,, iie,,, iie... itu tidak mungkin kan. Namun, jika dihubungkan dengan mimpi itu, buat apa dia melindungiku. Aku bukan siapa-siapanya. Apa dia suka terhadapku? Ah,, Yuri,, jangan kege-eran. Mana mungkin itu terjadi. Jangan kejebak seperti dulu lagi.. Mungkin ini Cuma kebetulan saja yah kan Yama. Aku benar kan. Tapi,,,, semua kejadian ini kan berawal semenjak itu,,,”

#Flash back

Seperti biasa, selama menunggu jam kulih dimulai, aku selalu berada di perpustakaan. Membaca-baca apa yang akan dipelajari nanti atau jika sedang bosan aku selalu membaca komik atau novel yang terdapat di perpustakaan ini. Aku memang senang berada di sini. Suasananya tenang. Berada di dalamnya sangat membuatku nyaman. Aku memang tidak suka berada di keramayan yang banyak orangnya.

Perpustakaan ini cukup bersih dan teratur. Dinding dan langit-langitnya berwarna putih, sedangkan lantainya berwarna biru muda. Aku duduk di tempat favoritku, tempat yang menghadap ke jendela sehingga aku bisa leluasa melihat pemandangan di luar. Pemandangan yang memperlihatkan pohon-pohon hijau yang rindang yang bisa membuat hatiku sejuk dan tenang.

“hi, boleh aku duduk di sini?” tanya sorang pemuda bertubuh tinggi bagai tiang listrik (?) sambil memegang kursi yang ada di sebelahku. Dan itu membuatku berpaling dari buku yang sedang aku baca dan melihat wajahnya. TAMPAN.

Aku hanya mengangguk kecil sebagai jawaban dan pandanganku kembali fokus terhadap buku yang sempat aku abaikan tadi. Pemuda itupun duduk di kursi sebelahku.

“kalau boleh tau, kamu siapa? Aku Yuto. Nakajima Yuto. Anak tingkat 3 jurusan hukum” tanya pemuda itu lagi sambil memperkenalkan dirinya.

“hajimemashite senpai. Atashi wa Chinen Yuri desu. Tingkat 2 jurusan kedokteran. Yoroshiku”.

#Autor POV

Sejak pertemuan itu, mereka sangat dekat. Mereka selalu pergi bersama. Makan bersama. Melalui hari bersama. Sampai 2 minggu setelah itu..

“Yuuchan..” panggil seorang pemuda pada seorang gadis yang tengah asik makan obentonya di taman yang berada di belakang gedung kampus tempat kuliahnya. Mendengar panggilan itu, sang gadispun menoleh pada pemuda itu dan menghentikan aktifitasnya. Terlihat pemuda jangkung sedang menghampirinya. Pemuda itu menyimpan kedua tangan di balik punggungnya, seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

“douka shita no Yuto senpai?” Yuri menyimpan obento itu dan bangkit tuk menghadap senpainya.

Mereka berdiri secara berhadapan. Yuto tersus berjalan maju. sampai jarak di anatara mereka 30 cm lagi, dia menghentikan langkahnya. Sesaat kemudaian, dia mencondongkan tubuhnya. Membisikkan sesuatu pada gadis itu.

“ore wa omae ga daisuki desu”

“eh,,?”

Yuto langsung berlutut di hadapan gadis itu sambil menyerahkan setangkai bunga mawar merah. Otomatis Yuri mundur beberapa langkah ke belakang.

“jadi,, apakah kau mau jadi pacarku?”

“eh,,?”

“yah! Jangan bilang eh,, eh,, mulu.. jawab pertanyaanku. Kamu mau kan jadi pacarku?” tanya Yuto lagi dengan nada sedikit memaksa.

Yuri mengangguk kecil sebagai jawaban. Sebenarnya dia bingung mau jawab apa. Tapi gak tau kenapa kepalanya malah bergerak sendiri tuk menjawab pertanyaan itu. Seperti ada sebuah sihir yang harus membuatnya melakukan seperti itu. Saat Yuri akan mengambil bunga mawar merah itu dari tangan Yuto. Yuto malah lebih dulu melempar bunga itu ke belakang tubuhnya.

“yatta.. aku menang” teriak Yuto dengan girang. Yuto membalikkan badan, menghadap pepohonan yang ada di sebelah kanannya.

“eh,,”

Tiba-tiba dua orang pemuda muncul dari balik pepohonan dengan memperlihatkan tampang kecewanya. Dua orang itu adalah sahabat dekat Yuto (Ryutaro dan Keito).

“minna. Kalian bisa liat sendiri kan. Tidak ada yang bisan menolak karismaku. Kalian kalah dan kalian harus menepati janji kalian” ucap Yuto dengan sombongnya sambil melipat kedua tangan kanannya di depan dada.

“ya kami ngaku kalah. Ini” Ryutaro dan Keito langsung melemparkan kunci mobil masing-masing dan dengan sigap Yuto lagsung menangkapnya.

“jadi ini semua hanya sebuah taruhan? hanya pura-pura?” butiran bening mulai keluar dari pelupuk mata Yuri. Yuto kembali menghadap Yuri.

“benar. Kau kira aku akan beneran suka sama kamu? Mana mungkin Yuri,, seorang Yuto mana mungkin suka sama perempuan sepertimu. Kau bukanlah tipeku. Itu hanya ada dalam cerita dongeng. Dongeng cinderella” Yuto mengeluarkan kata-kata itu dengan nada yang meremehkan dan tanpa perasaan sedikitpun. Hal itu membuat Yuri semakin sakit hati dan cairan bening itupun semakin melimpah ruah, Membanjiri pipi manis gadis itu.

Yuri langsung berlarimeninggalkan tempat itu. Ia berlari tanpa arah tujuan. Ia tidak tau harus kemana. Yang ia tau, bahwa dirinya itu harus menjauh dari pemuda jangkung itu dan kedua sahabatnya.

“kau benar-benar keterlaluan Yuto. Kau kan tidak perlu mengucapkan kata-kata seperti itu” ucap Ryutaro yang merasa kasihan terhadap gadis tadi.

“bener tuh apa kata Ryuu. Kau itu tidak punya perasaan” lanjut Keito

“eh,,, apa kalian tidak sadar. Ini semua salah kalian. Jika kalian tidak menantangku dan membuat taruhan ini. Ini semua tidak akan terjadi. Dan kata siapa aku tidak punya perasaan. Aku melakukannya di tempat sepi seperti ini, yah karna aku tidak mau kalau misalnya dia dipermalukan di depan banyak orang. Sudah lah, jangan pedulikan hal ini lagi. Lebih baik sekarang kita senang-senang”

Tanpa mereka sadari, dari kejauhan ada seseorang yang menyaksikan kejadian itu.

“mereka benar-benar keterlaluan”

~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~

Yuri terus berlari. Ia begitu merasakan sakit yang menyayat-nyayat pada hatinya. Bukan karena ia merasa cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Ia sama sekali tidak mencintai pemuda itu. Tapi ia merasa sangat kecewa karna orang yang selama dua minggu terakhir ini menjadi temannya dan ia anggap bahwa orang itu baik ternyata kenyataannya orang itu adalah orang yang paling jahat.

Ia merasa lebih baik dijauhi dari awal daripada awalnya dekat dan kemudian ia akan di tinggalkan begitu saja. Itu lebih menyakitkan karna ia akan merasa kehilangan. Ia teringat dengan kejadian setelah ibunya meninggal. Semua temannya tidak mau lagi berteman dengan Yuri.

“Hiks,, apa salahku..? kenapa semua orang menjauhiku?”

Tiba-tiba Yuri menghentikan langkah kakinya. Ia melihat sebuah boneka beruang berwarna putih dengan ukuran sedang dan membawa sebuah strawberry tergeletak di bawah rindangnya pohon sakura.

Dengan perlahan Yuripun menghampiri boneka itu. Di ambilnya boneka itu dan di perhatikannya boneka itu sejenak. Boneka beruang itu terlihat agak kotor.

“dimana pemilikmu? Kenapa kau bisa sendirian disini? Apa kau dibuang begitu saja sama sepertiku? Mulai sekarang kau tidak akan sedirian. Kita berteman. Mau kan kamu jadi temanku?” Yuri menggerakkan kepala boneka itu seperti gerakkan mengangguk, seolah-olah boneka itu telah menyetujui ajakan Yuri. Yuripun sedikit menyunggingkan senyimannya.

“ano,, daijoubu?” Yuri sangat kaget mendengar suara itu. Suara seorang pria. Dia tidak mengira bahwa di tempat itu ada orang lain selain dirinya. Dengan cepat Yuripun menghapus air matanya.

Tanpa membalikkan badan menghadap pemuda itu, Yuri mengangguk cepat dan langsung berlari dengan membawa boneka yang ditemuinya itu.

“chotto matte. Kamu mau kemana?” tanya orang itu sambil menghentikan langkah Yuri dengan memegang tangannya. Yuri hanya diam dan menunduk.

“kore?” ucap pemuda itu sambil memberikan sebuah saputangan kepada Yuri. Yuri melihat saputangan itu.

“ambilah, dan hapus air matamu itu dengan benar” akhirnya Yuripun menurut.

“yosh. Ikou” kata pemuda itu setelah Yuri menghapus air matanya.

“eh?” akhirnya Yuripun berani melihat muka pemuda itu.

DEG

‘dia kan,,,, Daiki Arioka. Salahsatu mahasiswa populer di kampus ini dan orang yang aku kagumi’

“ayo kita pergi”

“kemana?”

“sudahlah, ikut saja”

“demo,, aku masih ada jam kuliah”

“sekali-kali bolos gapapa kan! Lagian aku bosan, kamu mau kan temenin aku jalan-jalan” Yuri berpikir sejenak dan akhirnyapun setuju.

~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~

*saat di perjalanan*

“anoo,,, “ akhirnya Yuripun memberanikan membuka mulutnya tuk memulai percakapan.

“nani?” tanya Daiki tanpa menoleh karna fokus terhadap jalanan.

“kenapa senpai tidak mengajak jalan teman-teman senpai saja? Kenapa malah mengajakku yang hanya orang asing ini. Bukankah sebelumnya kita tidak saling kenal dan senpai juga tidak tau aku kan!” dengan gugup Yuri berusaha mengucapkan kata-kata itu.

“aku tau siapa kamu. Kamu Yuri Chinen anak tingkat dua jurusan kedokterankan! Lagian aku juga yakin kalau kamu mengenalku. Jadi aku anggap saja kita sudah saling kenal. Atau kita perlu kenalan lagi?” tanya Daiki sambil melirik ke arah Yuri. dengan cepat Yuripun menggelengkan kepalanya.

‘kenapa dia bisa tau tentangku?’ batin Yuri.

“dan, alasan aku mengajak kamu pergi karna memang dari dulu aku sudah berniat mengajak kamu pergi, namun baru berkesempetan sekarang”

‘dia bilang apa tadi? Apa aku salah dengar?’ Yuri tampak bingung. Ia terus berkutat dengan pikirannya. Sedangkan Daiki terlihat senang.

Mereka terus bersenang-senang dengan mengunjungi berbagai tempat sampai hari menjelang sore. Daikipun mengantarkan Yuri sampai depan rumahnya.

“arigatou senpai” ucap Yuri.

“harusnya aku yang berterimakasih karna kamu mau temenin aku jalan-jalan. Itsumo arigatou. Jaa,, matta ashita. oyasumi”

“chotto senpai, kore” ucap Yuri sambil memberikan saputangan yang tadi.

“itu buat kamu saja”

“doumo arigatou”

~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~

*ke esokan harinya*

Yuri sedang duduk di kelasnya, menunggu datangnya sensei. Namun pikirannya terus berkutat,memikirkan mimpi yang dialaminya semalam. Dalam mimpi itu, Yuri sedang berada di tempat yang begitu gelap, entah itu tempat apa. Yang jelas tidak ada sedikit cahayapun di tempat itu.

Yuri terus berjalan dengan sangat pelan dan hati-hati, mencari jalan keluar. Tiba-tiba muncul cahaya yang begitu menyilaukan dari arah depan. Dan dari cahaya tersebut terlihat seorang pemuda dengan pakaian serba hitam datang menghampirinya dan berkata “tenanglah. Aku ada di sini. Di sisimu. Aku akan selalu menjagamu, melindungimu. Percayalah. Jadi jangan bersedih lagi” Sosok pemuda itupun langsung lenyap dengan terbangunnya Yuri.

‘sadahlah, jangan terlalu dipikirkan. Itu hanya bunga tidur’ batin Yuri

Tiba-tiba dia terpokus dengan percakapan teman-temannya yang baru memasuki kelas.

“eh, kalian liat berita tadi?” tanya seseorang pada kedua temannya.

“liat.. mengerikan yah! Ketiga cowo keren itu ditemukan tewas dengan cara yang mengenaskan” tanggap temannya yang berambut ikal.

“Ryuu, Yuto & Keito. Padahal mereka bertiga itu pangeranku” komen yang bertubuh gemuk.

“eit,, Keito itu pangeranku tau” ucap yang berambut ikal tidak terima.

“sudah, sudah.. kalian ini kenapa sih! Orang udah meninggal diperebutkan. Oyah! Motif pembunuhannya belum jelas yah! Tapi diduga karna dendam, melihat kondisi korban yang terpotong-potong dan diletakkan di berbagai tempat” kata yang pertamakali bertanya.

“bener. Masa mata pereka di tempel di depan pintu, kaki-kaki dan tangan-tangan mereka digantung di langit-langit rumah, Kepala mereka ditemukan di tong sampah. Uh,, mengerikan” ucap yang bertubuh gemuk sambil berigidik ngeri.

“kalian tau, paling parahnya daleman mereka (ginjal, hati, jantung, paru-paru, usus, dll) dibikin sup. Huuahh,,, bayanginnya juga pengen muntah”

“benar,, benar... oyah, si pembunuh juga meninggalkan petunjuk berupa angka. Kalau gak salah angka 15 deh.. kenapa seperti itu yah!”

#Flash Back end

“Souka, kenapa gak kepikiran dari tadi... 15. Benar juga. Setiap kali pembunuh melakukan aksinya, setiap kali itu juga dia selalu meninggalkan petunjuk dengan menggunakan angka 15. Apa maksud angka 15 itu? apa karna dia suka dengan angka itu? atau dia akan melakukan pembunuhan sampai 15 kali?” dengan keras Yuri terus berusaha tuk memecahkan misteri ini.

“oyah, perasaan belakangan ini aku sering menjumpai angka 15. Kira-kira dimana yah! Yama,, ayo bantu aku!!” ucap Yuri sambil mengguncang-guncang bonekanya.

“percuma saja bicara sama kamu. Kamu tidak bisa bicara kan! Andai kau bisa bicara” Yuripun menyimpan kembali boneka itu di atas meja dekat tempat tidurnya. Seketika ia melihat sebuah saputangan yang terletak dekat dengan letak bonekanya –saputangan pemberian senpainya (Daiki) itu-.

Yuri mengambil saputangan itu. Diperhatikannya lekat-lekat. Saputangan berwarna putih dengan hiasan gambar bola.

“chotto, apa ini angka 15” ucap Yuri saat melihat tulisan dengan ukuran kecil yang dirajut dengan benang berwarna merah dibagian ujung dari saputangan itu.

“bener juga. Aku sering melihat angka 15 itu di barang-barang milik Daiki senpai. Apa benar dia pelakunya?”

Yuri termenung sebentar.

“Yosh,,, besok aku harus selidiki dia,,,”

*ke-esokan harinya*

#Yuri POV

Apa aku harus tanya dia tentang angka 15 itu sekarang juga? Tapi rasanya aku belum siap.

Sekarang aku sedang duduk di bawah pohon sakura yang letaknya dekat dengan lapangan basket. Aku memang sengaja duduk disini agar lebih mudah memperhatikan Daiki senpai yang sedang latihan basket dengan teman-temanya.

DEG

Dia melihat ke arahku, dan memperlihatkan senyuman manisnya.

Sepertinya dia telah selesai latihan.

APA? Dia menghampiriku? Aku harus gimana?

Tanpa ku sadari, aku langsung berdiri dan kakiku bergerak cepat pergi dari tempat itu. Yah, aku tidak tahu kenapa aku malah lari mejauh darinya.

Semenjak itu aku selalu menghindar darinya. Begutupun juga hari ini.

#Autor POV

“Yuuchan,, chotto matte? Nande? Kenapa belakangan ini kau selalu menghindariku? Apa ada yang salah?” tanya Daiki sambil memegang kedua pundak Yuri.

“etto,,, mungkin itu Cuma perasaan senpai. Aku sama sekali tidak merasa menghindar dari senpai. Demo,, gomen na senpai. Aku harus pulang sekarang juga. Otousan menyuruhku untuk pulang secepat mungkin. Gomen na. Ittekimasu” bohong Yuri. Setelah membungkuk Yuripun langsung pergi meninggalkan Daiki.

~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~

Semenjak hari itu Daiki tidak pernah memperlihatkan batang hidungnya kembali. Yuri selalu berkeliling kampusnya namun dia tidak pernah melihat senpainya itu. Begitu juga saat latihan basket. Karna penasaran dan ada sedikit rasa khawatir serta bersalah terhadap senpainya itu, diapun mencoba untuk mencari tahu.

Yuri berjalan menelusuri lorong, berusaha mencari tau kelas senpainya itu. Dia yakin jika teman sekelas Daiki, mereka akan mengetauhi keberadaannya. Namun setiap kali dia mencoba bertanya dimana kelas Daiki kepada orang-orang yang berpapasan dengannya, mereka malah selalu menghindar.

“sumimasen,,,” barusaja Yuri menyebutkan kata itu mereka malah terlebih dahulu meningkalkannya. Namun Yuri terus mencoba, dia tidak mau menyerah begitu saja.

‘aaa,, itu kan temen-teman sekelasnya Daiki senpai. Mungkin mereka tau keberadaan Daiki senpai, dengan itu aku tidak perlu kerepotan mencari kelas Daiki senpai’ batin Yuri saat melihat ketiga orang yang sedang berjalan ke arahnya dalam jarak 5 meter.

Yuri langsung menghampiri mereka. Tetapi barusaja ia melangkahkan kakinya sebanyak dua langkah dan ketika ia akan membuka mulutnya, mereka bertiga malah membalikkan badan dan langsung berlari dengan kecepatan penuh.

‘sebegitu menakutkannya diriku?’ gumam Yuri sambil tertunduk lesu.

‘Yuri,, akiramenaii.. ganbatte na’ Yuri mengepalkan tangannya dan menyemangati dirinya sendiri.

“ah,, apa sebaiknya aku tanyakan itu pada teman-teman dari tim basketnya saja! Semoga mereka mengetahui keberadaan Daiki senpai dan semoga saja mereka mau memberitahuku”

Yuripun langsung menuju lapangan basket. Sesampainya di sana dia langsung duduk di salah satu bangku yang terdapat di pinggir lapangan itu. Sekarang lapangan itu memang masih kosong karna latihan akan dimulai dalam 30 menit lagi.

20 menit berlalu.

“Yuri san? Sedang apa kau sendirian di sini?” tanya seseorang.

Yuri langsung mengarahkan pandangannya pada asal suara tersebut. Terlihat dua orang pemuda sedang berjalan ke arahnya. Mereka berdua membawa tas masing-masing dan sekeranjang bola basket.

‘kenapa mereka tau namaku? Ah,, Yuri BAKA. Kau kan terkenal sebagai shinigami. Demo, masalahnya bukan itu. kenapa mereka malah menghampiriku? Bukannya lari, menghindar seperti yang lainnya’ batin Yuri.
“Yuri san?” ucap yang lainnya. Namun Yuri hanya diam dan memasang tampang binggungnya.

“Yurisan. Kenapa kamu diam saja? Apa kamu sakit?” sekarang kedua pemuda itu sudah berada tepat di depan Yuri.

“eh? Iie. Etto,,, aku Cuma bingung saja. Apa Hikka senpai dan Yabu senpai tidak takut terhadapku?” Yuripun bangkit dari duduknya.

“hahaha... Apa yang kamu katakan? Kenapa kami harus takut terhadapmu?” tanya Hikaru.

“kau ini cantik, manis, lugu lagi. Apa yang harus ditakutkan dari orang seperti dirimu” kata Yabu sambil mengacak-ngacak rambut Yuri.

Sekarang wajah Yuri sudah memerah layaknya kepiting rebus karna malu.

“tapi kan aku selalu menyebabkan sial. Orang-orang yang berurusan dengan ku pasti meninggal” ucap Yuri.
“tidak juga. Malahan Daiki sial semenjak kau hindari” sangkal Yabu.

“eh? Maskudnya? Oyah, ngomong-ngomong selama beberapa hari ini Daiki senpai kemana? Kenapa tidak pernah kelihatan?” tanya Yuri yang teringat akan tujuan sebenarnya dia datang ke tempat itu.

“yah, itu dia. Semenjak kau hindari dia selalu kelihatan murung dan sering melamun. Dia menjadi tidak pernah fokus terhadap sesuatu. Bahkan saat mengendarai sepedah motornya. Dan akhirnya terjadi kecelakaan deh” jelas Yabu.

“kecelakaan? Tapi, Daiki senpai tidak apa-apa kan?” tanya Yuri khawatir.

“tenang saja. Dia tidak apa-apa kok. Cuma perlu dirawat beberapa hari” kata Yabu.

“oyah, apa kamu mau menjenguknya? Pasti dia akan sangat senang dan akan berusaha keras supaya lekas sembuh. Kebetulan sehabis latihan kami juga akan menjenguknya” ajak Hikaru.

Yuri tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.

~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~

Yuri terus menunggu senpai-senpainya latihan basket sendirian di pinggir lapangan sambil menikmati segelas jus mangga.

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, dan akhirnya latihanpun selesai. Setelah siap-siap dan membeli beberapa buah-buahan untuk Daiki, mereka bertigapun akhirnya pergi menuju rumah sakit tempat Daiki dirawat.

~sesampainya di depan kamar inap Daiki~

“kamu tunggu dulu di sini yah! Kami ingin memberinya kejutan” Yuri hanya mengangguk sebagai jawaban. Hakaru dan Yabupun masuk ke kamar itu duluan. Terlihat Daiki sedang melamun seperti biasa.

“hei,, kenapa setiap kami menjengukmu kemari, kau selalu seperti itu. Memangnya tidak ada kerjaan lain selain melamun apa?” ujar Yabu sambil menyimpan sebuah keranjang yang berisi buah-buahan di atas meja yang terletak di pinggir tempat tidur Daiki.

“..........” Daiki tidak merespon sama sekali. Ia hanya terus memandang ke luar jendela dengan pandangan kosong.

“hei,, kenapa kau mengacuhkan kedatangan kami” ucap Hikaru kesal. Namun Daiki tetap diam. Tidak bergeming sama sekali.

Mereka berdua (Yabu dan Hikka) saling berpandangan. Seketika mereka tersenyum penuh arti. Mendapatkan sebuah ide.

“Yuri,,, sebaiknya kita pulang sekarang juga. Sepertinya Daiki tidak mau kita kunjungi” Yabu dan Hikaru langsung berjalan dengan pelan menuju pintu keluar.

“Yuri? apa dia ada di sini juga?” tanya Daiki dengan mata yang berbinar-binar.

Sekarang gantian, malah YabuHikka lah yang mengacukhan Daiki.

“hei,, hei,, hei,, ayolah.. Gomen.. Apa benar Yuri ada di sini? Di mana dia?”

“hemm,, ia. Dia memang ada di sini. Kami akan menyuruhnya masuk asalkan kau tidak boleh mengacuhkan kami lagi” kata Hikka

“baiklah. Yakusoku. Gomen na” mendengar itu Yabu dan Hikka tersenyum. Selama Daiki dirawat di rumah sakit ini, mereka belum pernah melihat sahabatnya itu seceria sekarang.

Yabu langsung berjalan menuju pintu keluar. Menyuruh Yuri masuk.

~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~

~Yuri POV

Aku kembali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Jam sudah menunjukkan pukul 8 p.m. Aku harus cepat-cepat pulang. Sebentar lagi tousan pulang. Jika aku tidak ada di rumah saat tousan pulang, dia pasti akan sangat marah dan menyiksaku kembali. Aku begitu menyesal karna terlalu asik berbincang dengan Daiki senpai dan teman-temannya tadi, dan menolak tawaran Hikka senpai untuk mengantarku pulang. Yuri baka.

Aku segera berlari menyusuri pinggir sungai yang sangat sepi dan gelap. Hanya ada sedikit penerangan di tempat itu dan tidak ada siapapun. Aku terpaksa memilih jalan ini karna jalan ini adalah jalan satu-satunya yang dapat mengantarkanku pulang ke rumah dengan cepat.

Aku terus berlari santai sambil setiap saat melirik ke arah jam tanganku. Tiba-tiba terdengar suara seseorang dari arah belakangku. Seperti suara seseorang yang sedang berlari. Jantungku berdetak lebih kencang seketika. Suara siapa itu? apa dia seorang penguntit? Apa dia seorang penculik? Atau,,,,. Semua pikiran burukpun tiba-tiba bermunculan dalam benakku. Aku sangat takut. Akupun langsung mempercepat lariku.

~Autor POV

Yuri terus berlari. Tanpa terasa sebuah tangan besar menariknya dari belakang. Tubuh Yuri yang kecil membuatnya mudah ditarik oleh sang pemilik tangan besar tersebut.

Yuri terbanting jatuh ditanah berkat tarikan itu. Kemudian tangan Yuri ditarik kembali dan dia dipojokkan ke pohon yang ada di pinggir sungai itu.

“ahhhh..” pekik Yuri karna merasakan sakit pada punggungnya.

“hai cantik. Kenapa sendirian di tempat seperti ini? Kalau begitu biar aku temenin. Bagaimana kalau kita bermain sebentar” ucap seorang pria tua bertubuh besar di depan Yuri.

“yada. Tolong lepaskan aku” bentak Yuri dengan suara aga sedikit bergetar karna ketakutan.

“lepaskan? Tidak akan. Sebelum kita bersenang-senang, SAYANG” ucap lelaki tua itu dengan tatapan mesumnya.

Yuri brigidig ngeri ketika ia membayangkan apa yang akan dilakukan pria tua itu padanya.

“ojisan,, tolong lepaskan aku. onegai” mohon Yuri walaupun ia yakin kalau pria brengsek didepannya itu mana mau melepaskannya sebelum keinginannya tercapai. Tapi setidaknya ia mencobanya terlebih dahulu.

“TASUKETTEeeeeeeee” teriak Yuri tatkala lelaki tua itu ingin menciumnya.

PLAK

Karna ulahnya tadi, Yuri mendapatkan tamparan tepat di pipi sebelah kanannya. Terlihat darah keluar dari sudut bibir mungilnya itu.

“diam. Bersikaplah manis. Jika tidak aku tidak akan segan-segan untuk membunuhmu” bentak pemuda itu dengan tatapan tajam. “Lagian percuma saja kau teriak-teriak. Disini tempat yang sepi. Tidak ada yang akan menolongmu” bisik peria tua itu.

Saat pria tua itu mencoba kembali mencium Yuri, tiba-tiba terlihat sebuah kapak melayang dan mendarat tepat di kepala pria tua itu. Pria tua itu ambruk seketika. Terlihat cairan kental berwarna merah dan benda kenyal berwarna putih keluar dari kepalanya.

Yuri sangat shock. Wajahnya pucat pasi. Ia hanya bisa diam terpaku melihat pemandangan yang begitu mengerikan dihadapannya. Beberapa detik kemudian iapun ambruk dan tidak sadarkan diri.

~keesokan harinya

Yuri berjalan gontai menuju rumahnya. Ia masih shock dengan peristiwa yang menimpanya kemarin malam. Setelah di tanya-tanya oleh detektif barusan, ternyata peristiwa kemarin termasuk kedalam peristiwa pembunuhan berantai angka 15. Setelah melihat foto yang diberi oleh detektif yang menanyainya tersebut, (Foto yang menampilkan sebuah pohon besar dengan hiasan potongan-potongan dari tubuh manusia yang sengaja digantung di berbagai rantingnya, dan terlihat pula pada batang pohon tersebut sebuah ukiran berbentuk angka 15) Yuri dapat menyimpulkan kalau sang pelaku melakukan kreasinya itu sesaat setelah Yuri tidak sadarkan diri. Dia dijadikan saksi, tapi ia sama sekali tidak mengetahui sosok pembunuh itu.

Tapi sekarang yang singgah dalam pikirannya bukan saja tentang peristiwa pembunuhan itu, namun nasibnya kelak ketika ia bertemu dengan ayahnya. Yuri sangat takut bertemu dengan ayahnya. Bukan hanya karna takut akan mendapat siksaan dari ayahnya itu, tapi juga takut jika pembunuh itu membunuh ayahnya juga. Yuri belum siap jika suatu saat nanti akan hidup sebatang kara.

Sekarang Yuri sudah berada di depan pintu rumahnya. Ia sangat ragu untuk memasuki rumahnya tersebut. Selama beberapa menit ia hanya diam mematung. Ketika ia memberanikan dirinya dan akan membuka pintu rumahnya tersebut, pintu itu tiba-tiba terbuka. Terlihat ayah Yuri –Kei- sedang berdiri di depan pintu sambil menatap Yuri dengan tatapan tajam. Yuri langsung menundukkan kepalanya.

“Tadaima” ucap Yuri dengan suara amat pelan.

Kei tidak menjawab perkataan dari anaknya itu. Ia malah menarik paksa Yuri memasuki rumah dan membanting pintu rumah dengan keras. Setelah itu iapun mendorong Yuri ke arah meja tamu yang terbuat dari kaca.

PRANG

Meja itu pecah. Kedua tangan Yuri yang ia gunakan untuk menyangga pada meja tadipun terkena luka goresan dari pecahan kaca itu. Yuri hanya bisa diam dan menangis sambil memegang tangannya yang terkena luka goresan itu.

“dari mana saja? Kenapa baru pulang, hah?” bentak Kei sambil menendang tubuh Yuri.

“gomen” hanya itu kata yang keluar dari mulut Yuri. Karna Yuri tau, walaupun ia menjelaskannya panjang lebar, ayahnya tidak akan percaya dan malah akan menyiksanya lebih dan lebih lagi.

Yuri terus menundukkan kepalanya. Dia terduduk sambil memegang lututnya.

“Aaaahhh” teriak Yuri tatkala Kei menarik rambutnya dengan kasar.

“gara-gara kamu tidak pulang, aku jadi tidak makan. Sekarang rasakan ini” Kei mengambil sebuah pecahan kaca yang berukuran sedang dan memasukkannya ke mulut Yuri dengan paksa. Setelah itu Kei langsung menampar pipi Yuri berkali-kali hingga pecahan kaca itu menembus pipinya, melukai lidahnya. Untungnya tidak sampai memotong lidahnya itu.

Setelah puas akan hal itu Kei terdiam sejenak menyaksikan anaknya yang sedang kesakitan dan memuntahkan darah serta beberapa pecahan kaca yang ada di mulutnya. Barusaja Yuri akan beranjak dari tempat itu dan berniat untuk pergi ke kamarnya, tiba-tiba Kei memegang tangan Yuri dan menyeretnya menuju kamar mandi.

“hukumanmu belum selesai” ucap Kei sambil mengunci kamar mandi itu.

Yuri terduduk di pojokan kamar mandi. Terus menangis sambil menahan sakitnya itu. meratapi nasibnya.

~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~

Setelah mengurung Yuri di kamar mandi, Kei berniat untuk pergi ke kamarnya. Namun ketika ia akan melewati pintu dapur, kakinya tersangkut oleh sehelai benang tipis yang tak tau sejak kapan terpasang di sana. Seperti ada seseorang yang telah menjebaknya.

Kei kehilangan keseimbangannya dan terjatuh menimpa pecahan-pecahan kaca yang berserakan di depannya. Pecahan-pecahan kaca itu adalah pecahan kaca yang berasal dari pecahan meja tadi.

“arg,,” Kei meringis kesakitan. Dengan segenap kekuatan yang ia miliki, ia berusaha untuk bangkit.

Terlihat pecahan-pecahan kaca itu menempel dan menembus pada sekujur tubuh bagian depan Kei. Cairan berwarna merah kental berbau anyir keluar dari tempat menempelnya pecahan kaca itu. Termasuk di kedua mata Kei. Yah! Kedua mata Kei ikut terkena pecahan kaca itu dan menyebabkannya buta.

Saat Kei mencoba mencabut pecahan-pecahan kaca yang menembus pada telapak tangannya, Kei mendengar sebuah suara seperti besi yang bergesekan dengan lantai –seperti ada yang sedang menyeret sesuatu. Kei menajamkan indra pendengarannya, memastikan kalau suara yang ia dengar itu benar-benar ada. Karna menurut sepengetahuannya, di rumahnya itu tidak ada orang lain selain dirinya dan Yuri.

Suara itu lama kelamaan semakin mendekat dengan secara perlahan , namun Kei sama sekali tidak mendengar suara langkah kaki yang menyertai suara gesekan besi tersebut.

Kei sangat ketakutan. Ia berusaha untuk menjauh dari tempatnya berada dengan segala kemampuan yang ia miliki sekarang. Ia terus mengesot mundur sampai pinggungnya membentur tembok. Sekarang Kei telah terpojok dan sesaat itu juga suara itu menghilang. Awalnya Kei sangat lega karnanya. Namun beberapa detik kemudian ia tersadar bahwa sosok yang tidak diketahui itu belum menghilang dan bisa saja menyerangnya secara tiba-tiba.

Benar saja. Detik itu juga tiba-tiba Kei merasakan ada sebuah benda tajam menusuk perutnya –tepat dibagian pusarnya.

“Arrrggg,,, se,, be,, nar,, nya,, kamu,, si,, apa? Apa,, yang,, ka,,mu,, mau,, da,, riku?”ucap kei dengan susah payah.

“.....” beberapa detik suasana menjadi tampak hening.

“Aaaaaaaaa” teriak Kei saat ia merasakan benda tajam yang menusuk perutnya itu mengiris perutnya dengan arah melingkar. Sehingga sekarang perutnya itu bolong dan dari perutnya yg bolong itu terlihat usus, ginjal dan segala macam isi perut Kei. *gomen minna, autor susah merangkai kata2 dalam kasus ini. Maaf jah kata-katanya ancur. Bayangin jah hantu sundel bolong. Namun yang bolong bukan punggungnya, tapi perutnya dan yang keliatan dalam bolongan itu bukan belatung tapi usus dan semacamnya. OK ^_^*

Sehabis melakukan itu si pelaku langsung memotong tangan dan kaki Kei. Kali ini Kei tidak merasakan rasa sakit apapun karna dia sudah meninggal. *udah ah jadi psikopatnya. Autor udah gak tahan. Autor nyerah*

~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~

~2 bulan kemudian~

Semenjak kejadian itu Yuri jadi hidup sebatang kara. Untung Daiki masih setia menemaninya. Dan Yuri juga sadar bahwa dugaannya selama ini yang menyatakan bahwa Daiki pelaku semua pembunuhan itu salah besar. Karna waktu itu Daiki sedang dirawat di rumahsakit dan kakinya belum bisa digunakan berjalan sehingga tidak mungkin kan dia melakukan pembunuhan. Yuri juga tau kenapa senpainya itu sangat menyukai angka 15. Dan hal itu hanya diketahui oleh mereka berdua. *Buat pembaca, jangan tanya autor Ok, karna autorpun tidak tau alasannya. Mungkin karna Daiki lahir tanggal 15 April... hehe XD*

Luka yang didapat Yuri waktu itupun sudah sembuh namun masih terlihat bekasnya. Itupun berkat bantuan Daiki yang membiayai oprasi perawatan Yuri.

Waktu menunjukkan pukul 20:00. Terlihat Yuri baru pulang dari kampusnya. Ia langsung menuju kamarnya dan membaringkan tubuh mungilnya di atas tempat tidur.

Yuri melirik ke arah Yama yang berada di samping bantalnya. Ia langsung mengambil bonekanya itu dan langsung memeluknya.

“Yama,, menurut kamu apa Daiki senpai itu baik? Tadi dia menyatakan perasaannya padaku. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku terima saja? Sebenarnya aku juga menyukai Daiki senpai. Tapi aku takut. Aku takut dia seperti Yuto senpai. Aku takut dia hanya berpura-pura menyukaiku. Padahal yang sebenarnya dia hanya menjadikanku sebagai taruhannya. Dan, kau tau sendiri kan kalau Daiki senpai itu orang yang sangat populer di kampus, ganteng dan kaya pula. Sedangkan aku,, aku hanya gadis sebatang kara ditambah lagi sekarang ini aku adalah gadis buruk rupa... Hufh,, aku benar-benar bingung. Sebaiknya aku tidur saja deh. Semoga saat bangun aku mendapatkan jawabannya. Yama, jika kau bisa mendengarkan curhatanku dan bisa berbicara, apa yang akan kau katakan?” Yuri mengangkat bonekanya ke atas dan sejenak memperhatikannya. Lima menit kemudian diapun memeluk bonekanya kembali.

Berselang beberapa menit, Yuripun sudah terbang ke alam mimpinya.

“Yuri,,,  apa kau akan berpaling dariku? Jangan harap Yuri,, aku tidak akan membiarkan itu terjadi”

Yuri langsung bangun dari tidurnya.

‘mimpi itu? kenapa pemuda itu hadir lagi dalam mimpiku? Apa akan terjadi pembunuhan kembali? Tapi,, perasaan hari ini aku tidak disakiti oleh siapapun dan ucapannya itu,, perasaan yang dulu-dulu tidak seperti itu. Semoga saja tidak terjadi apa-apa’ batin Yuri.

Yuri melihat pada jam dinding yang terdapat tepat di depan tempat tidurnya. Jam menunjukkan pukul 21:30.

‘sepertinya aku akan susah untuk kembali tidur. Rasa kantukku sudah menghilang’ batin Yuri.

Yuri langsung bangkit dari tempat tidurnya dan menuju ruang tengah tuk menonton TV. Setelah menyalakan TV dan menemukan film kesukaannya, Yuri kembali pergi ke kamarnya.

“Yama,, temenin aku nonton TV yuk” ajak Yuri pada boneka beruangnya. Tapi sayangnya dia tidak melihat boneka itu di atas tempat tidurnya.

“perasaan saat tidur tadi, dia aku peluk deh. Dan seharusnya, sekarang dia ada di atas tempat tidur dong. Tapi kok ga ada” Yuri terus mencari boneka beruangnya itu. Namun boneka itu tidak ada dimana-mana.

Want you to know

I really wanna say to you

That you’re the only one

Kimi ga subete you’re my everything

Tiba-tiba kaitai Yuri berdiring, tanda ada panggilan masuk. Yuri langsung menggambil kaitainya dan sejenak melihat layar monitor dari kaitainya itu.

“Daiki senpai? Ada apa dia telpon malam-malam?” karna penasaran, Yuripun langsung menerima panggilan itu.

“Moshi-moshi,,,”

“Yuri, cepat kerumahku”

“eh, ini kan sudah malam. Memangnya ada apa?”

“aku juga gak tau kenapa ini bisa terjadi. Boneka kamu hidup. Sekarang dia ada di sini dan sepertinya dia mau membunuhku”

PRANG

“senpai apa itu?”

“sudah. Jangan banyak tanya. Cepat tolong aku dan hentikan boneka kamu itu”

Tut tut tut

“YAMA,, HIDUP?”

~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~

Setelah mendapatkan telpon dari Daiki, Yuri langsung bergegas tuk menemuinya. Walaupun Yuri menganggap itu hanyalah sekedar lelucon belaka, tapi dia merasa khawatir. Ada suatu perasaan yang membuatnya harus segera menjumpai Daiki. Dia takut jika sedetik saja dia terlambat, dia akan merasakan penyesalan.

Sesampainya di rumah Daiki, Yuri langsung bergegas mencari keberadaan senpainya itu. Untung pintunya tidak terkunci sehingga dengan mudah Yuri dapat memasuki rumah tersebut.

“Daiki senpai” teriak Yuri sambil terus memperhatikan keadaan rumah yang lumayan besar itu. Keadaan rumah itu sangat berantakan. Banyak pecahan kaca dimana-mana dan barang-barang yang awalnya tersusun dengan rapi, sekarang hancur berantakkan. Keadaan rumah itu seperti habis terkena gempa bumi dengan kecuatan yang cukup besar.

“Yuri,, tasukette... argggg,,” teriak Daiki. Terdengar dari suaranya, sepertinya dia lagi kesakitan.

“Daiki senpai” dengan  panik Yuri bergegas menghampiri asal suara itu.

Sesampainya di sebuah kamar, Yuri sangat terkejut dengan apa yang sedang ia saksikan. Terlihat Daiki sedang meronta-ronta agar ia dapat membebaskan dirinya. Kedua tangannya terikat pada tali yang sudah terikat pada sisi ranjang yang berbeda. Begitupun dengan kedua kakinya. Di atas tubuh Daiki terdapat sebuah boneka beruang. Boneka itu sedang menggoreskan suatu tanda di kedua tangan Daiki dengan sebuah pisau lipat yang digenggamnya.

Boneka beruang?

Yah! Boneka itu adalah boneka yang selama ini menjadi teman curhat Yuri. sekarang semuanya sudah terungkap. Ternyata yang selama ini berusaha melindungi Yuri, yang selalu hadir dalam mimpi Yuri dan yang melakukan semua pembunuhan itu adalah boneka beruang miliknya. YAMA.. tapi apa hibungannya dengan angka 15?

“STOOOP,,, Yama hentikan. Jangan lakukan itu. jangan membunuh lagi. Aku mohon” teriak Yuri pada boneka itu. Namun tetap saja Yama terus melakukan aksinya dan menghiraukan perkataan Yuri.

“Yuri,, hayaku,, tasukette,, arg,,” ucap Daiki sambil menahan sakit yang terdapat pada tangannya.

“Yama onegai. Dia tidak punya salah apapun. aku janji akan selalu bersamamu dan tidak akan pernah berpaling darimu. Itu kan mau mu. Tapi, tolong lepaskan dia” dengan seketika boneka itu menghentikan aksinya dan kembali menjadi boneka biasa. Sementara itu Daiki tiba-tiba pingsan.

Melihat itu, Yuri langsung berlari menghampiri Daiki. Menyingkirkan Yama dari atas tubuhnya. Dan membuka semua tali yang mengikat tangan dan kaki pemuda itu.

“Daiki senpai. Ayo bangun” ucap Yuri dengan cemas sambil menepuk-nepuk pipi pemuda itu.

“Yuri,,” dengan perlahan Daiki membuka matanya.

“Syukurlah, sepertinya senpai tidak apa-apa” ujar Yuri lega. Yuri pun membantu Daiki agar bangkit.

“Senpai,, luka itu,, apa senpai punya peralatan P3K? Biar aku obati” tawar Yuri yang melihat luka goresan yang terdapat di kedua tangan Daiki. Dari luka itu keluar darah.

“Tidak usah. Aku tidak apa-apa. Lebih baik sekarang kita pergi dari sini” kata Daiki. Namun sepertinya Yuri tidak mendengarkan perkataan dirinya. Ia terus memperhatikan goresa yang ada di kedua tangan Daiki itu. Goresan itu membentuk sebuah tulisan angka dari bahasa jepang namun tetap menggunakan huruf alfabet. Ichi (1) di tangan sebelah kanan dan di tangan yang satunya lagi bertulisan Go (5).

“Ichi,,,, go,,, ichigo?” Yuri membacakan tulisan itu “jadi petunjuk angka 15 yang aku pikirkan selama ini itu berarti strowberry” lanjut Yuri dengan nada yang amat pelan.

“nani?” tanya Daiki sambil memiringkan kepalanya.

“eh,, iie,, betsuni. Oyah, dimana senpai kotak P3K nya?”

“jadi kamu tidak mendengar perkataanku tadi?”

 “hehe” Yuri hanya nyengir sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

“hemm,,” Daiki hanya mendesah kecil “sudahlah, lebih baik kita pergi dari sini dan cepat bakar boneka itu” Daikipun mengambil boneka yang tergeletak itu.

“dame.. kasian” ucap Yuri sambil merebut boneka itu dari tangan Daiki.

“nande?”

“yah! Walaupun kelihatannya jahat. Demo, menurutku dia itu baik. Dia membunuh hanya untuk melindungiku. Hanya saja menggunakan cara yang salah” jelas Yuri sambil memperhatikan boneka beruang itu. mendengar perkataan itu Daiki tersenyum.

“baiklah, kalau begitu ayo kita pergi dari sini” Daiki merebut kembali boneka itu dan langsung melemparnya jauh-jauh.

“ikou” Daiki menarik tangan Yuri. mengajaknya agar segera pergi dari tempat itu.

“kemana? Bonekanya? Aku kan sudah janji”

“kita pergi ke luar kota. Biarkan boneka itu di sini. Dia hanya akan membawa bencana” dengan paksa Daiki menarik tangan Yuri. Yuri hanya pasrah mengikuti kemana Daiki akan pergi. Karna saat ini orang yang sangat ia kenal dan sangat ia percaya hanya Daiki seorang.

~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~

Saat berada di dalam taksi

“Daiki senpai,,, kita ke rumahku dulu yah! Aku mau bawa beberapa barangku dulu” kata Yuri.

“baiklah. Oyah, jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi” ucap Daiki.

“eh? Terus aku harus memanggil senpai dengan sebutan apa?” tanya Yuri.

“panggi aku YAMA”

“nande?”

“aku lebih suka dengan nama itu” jawabnya.

“wakatta”

(mulai sekarang kau ada dalam lindunganku. Dengan tubuh ini, aku akan lebih mudah melindungi mu, Yuuchan. Aku tidak akan kesulitan lagi. Dan satu hal lagi, permintaanmu sudah terkabul. Sekarang aku bisa bicara. Dan kamu tidak akan kesepian lagi. Arigatou Daiki_kun, karna kau telah memberikan tubuhmu ini) Yama menyeringai dalam tubuh Daiki.

owari

haha... minna gimana ceritanya?? Aku tunggu kritik dan sarannya yah!! 39 udah mau baca ^_^

Sebenarnya aku ingin Yama yang di posisi Daiki. Kalau seperti ini kan Yamanya gak kelihatan. Tapi kalau diubah akan jadi berantakan. Yang lahir di tangal 15 kan Daiki dan yang suka ichigo kan Yama.

Oyah,, Yama itu gak pikir dulu apa? Main bawa kabur Yuri begitu saja. Emang dia punya uang tuk beli rumah baru? Wkwkwk XD and Yuri mau maunya lagi dibawa kabur...

Autor: yama,,, bawa kabur aku juga dong... *ngejar taksi yama & yuri*

Oyah, satu lagi. Maaf yah waktu acara pembunuhannya ga begitu menakutkan dan menegangkan. Autor susah bikinnya. Ga bisa.. FF ini juga lama dibuat karna waktu pembunuhannya. Semoga saja dilain waktu saat bikin ff tentang yang gini lagi autor sudah lancar jadi psikopat... eh (?) tolong di maklum saja yah! Soalnya ini FF pertama yang aku buat tentang begonoan... XD