Hi
minna.. ketemu lagi bersama saya. Gak perlu basa basi, yang mau baca DOUZO
Demo,
dalam FF ini banyak terdapat kekurangan. Mohon di maklum yah!! Soalnya autor
masih belajar dan belum berbakat seperti kalian. ^_^
WARNING : oyah,,, bagi anak di bawah umur di harap jangan baca FF ku ini, OK!!
Autor
: Syifa Fithriani Shadrina, #Chii L Kyuu#, Naoi Kakkoi, Princess Ichigo
*bergandengan tangan dengan Yamada Ryosuke* XD
Ganre: horor / misteri mungkin
Pemain:
-
Yuri
Chinen / Yuu_chan
-
Daiki
Arioka / Daiki Senpai
-
Yamada
Ryosuke -> liat jah entar dia jadi apa.. hehe
-
Beberapa
Member JUMP lainnya... *dua orang sebagai pemain tambahan dan sebagian lainnya sebagai
korban pembunuhan XD*
~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~
#Yuri POV
Shinigami,,
wanita pembawa sial,, itulah sebutan bagiku selama beberapa hari ini. Aku
termenung sendiri di teras balkon rumahku. Memikirkan kejadian aneh yang
menimpa diriku selama sebulan terakhir ini. Aku tak tahu kenapa hal ini bisa
terjadi pada diriku. Dulu aku hanyalah seorang mahasiswi hantu (?). Kalian
jangan berpikir kalau aku ini seorang hantu. Aku sama seperti kalian, hanya
manusia biasa, namun keberadaanku inilah yang mirip dengan hantu –antara ada
dan tiada-. Raga dan jiwaku ada namun mereka semua tidak menganggapku ada.
Oyah,
sebelum lupa perkenalkan dulu. Namaku Yuri Chinen. Panggil saja aku Yuri atau
Yuuchan. Aku adalah seorang mahasiswi tingkat 2 jurusan kedokteran di
Universitas Meiji, Japan. Aku hanya tinggal bersama ojisan. Kasan sudah
meninggal semenjak 4 tahun yang lalu dan aku tidak punya saudara sama sekali.
Semenjak
kaasan meninggal, hidupku sangat berantakkan. Otosan selalu menyiksaku. Semua
temanku tidak mau berteman lagi denganku, entah kenapa... Dan semenjak itulah
aku memutuskan untuk merubah sikapku 180 derajat, yang awalnya periang jadi
lebih suka menyendiri. Walaupun aku tidak punya teman samasekali, aku merasa
nyaman dan tidak usah merasa takut akan kecewa atau merasa kehilangan lagi
seperti waktu itu.
Aku
tidak habis pikir kenapa selama beberapa hari ini aku malah terkenal sebagai
shinigami dan di benci oleh semua orang, padahal aku sama sekali tidak
melakukan apapun. Tapi, apa benar kalau aku ini adalah wanita pembawa sial
ataupun shinigami. Wajarlah mereka berpendapat seperti itu, karna aku
sendiripun merasakannya.
Dalam
sebulan ini, orang-orang yang menggangguku dan membuatku menangis, esok harinya
mereka ditemukan meninggal secara mengenaskan. Aneh bukan. Apa ini hanya sebuah
takdir atau kebetulan saja! Tapi kenapa sampai berulang empat kali? Dan mimpi
itu?
Sebelum
mereka mati, pada malam hari setelah mereka menggangguku -saat aku tidur-
seorang pemuda selalu hadir dalam mimpiku. Pemuda yang tidak aku ketahui
identitasnya. Aku tidak pernah melihat seperti apa rupanya karna cahaya yang
menyilaukan yang datang dari arah belakang tubuhnya. Di dalam mimpi itu dia
selalu berkata “tenanglah. Aku ada di sini. Di sisimu. Aku akan selalu
menjagamu, melindungimu. Percayalah. Jadi jangan bersedih lagi”
Apa
pemuda itu pelakunya? Tapi,, dia siapa? Apa benar dia berusaha melindungiku
dari orang-orang itu. Tapi kenapa harus dengan cara membunuh?
Kejadian
terakhir menimpa Yuya Takaki, anak jurusan asitektur. Dua hari yang lalu dia
mengolok-olokku dan mempermalukanku di depan banyak orang. Tentu saja aku
merasa sangat malu. Setalah itu, keesokan harinya, orang itu (Yuya Takaki)
ditemukan sudah tak bernyawa dengan luka tusukan yang sangat banyak. Wajah
pemuda itu hampir tidak bisa dikenali karna penuh dengan luka sayatan.
Mengerikan bukan!
Beberapa
menitpun berlalu, tapi aku sama sekali belum menemukan suatu petunjukpun. Karna
hari sudah menjelang sore dan akan berganti malam, akupun memutuskan tuk
menunda pemikiran itu. Aku harus segera memasak. Sebentar lagi otosan akan
pulang dari tempat kerjanya. Jika dia sudah pulang dan tidak menemukan makanan
sedikitpun, dia pasti marah dan menyiksaku kembali.
~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~
Setelah
selesai memasak, aku langsung masuk ke kamar dan membaringkan tubuhku di atas
tempat tidurku yang ukurannya tidak terlalu besar ini. Tempat tidur yang
dibalut oleh sprai bercorak polkadot berwarna hijau muda. Aku memang suka warna
hijau muda. Warna itu selalu membuatku merasa tenang. Oleh sebab itu aku
sengaja menghias kamarku dengan cat dan beberapa aksesoris berwarna hijau muda.
Selama
beberapa menit, aku terus melihat langit-langit kamarku yang bercat putih. Aku
tidak tahu apa yang sedang ku pikirkan saat itu. Pikiranku melayang entah
kemana. Tiba-tiba aku teringat seorang pemuda yang dulu sempat menghiburku dan
memberikan sebuah saputangan kepadaku tuk menghapus cairan butiran bening yang
keluar dari pelupuk mataku waktu itu.
“ah,,”
Aku
bangkit dari tidurku. Mengambil boneka yang berada di atas meja yang terdapat
di samping tempat tidurku. Boneka itulah yang selama ini menjadi teman
terbaikku, teman curhatku. Boneka beruang dengan ukuran sedang, berwarna putih
susu, yang sedang membawa strowberry. Yama, yah! Aku memberikannya nama itu.
“yama,,
apa benar pemuda itulah yang melakukan semua ini? Apa dia juga yang selalu
hadir dalam mimpiku? Demo, mana mungkin. Dia kan sangat baik. Dia juga adalah salah satu mahasiswa
yang sangat populer dan disukai banyak orang. Tampangnya juga imut, tidak
menampakkan sebagai orang jahat. Atau mungkin dia itu seorang psikopat srigala
berbulu domba. Di luar memang tampak sebagai orang baik, tapi di dalamnya,,,
aaaaaaaaaaaa,, iie,, iie,,, iie... itu tidak mungkin kan. Namun, jika
dihubungkan dengan mimpi itu, buat apa dia melindungiku. Aku bukan siapa-siapanya.
Apa dia suka terhadapku? Ah,, Yuri,, jangan kege-eran. Mana mungkin itu
terjadi. Jangan kejebak seperti dulu lagi.. Mungkin ini Cuma kebetulan saja yah
kan Yama. Aku benar kan. Tapi,,,, semua kejadian ini kan berawal semenjak
itu,,,”
#Flash
back
Seperti
biasa, selama menunggu jam kulih dimulai, aku selalu berada di perpustakaan.
Membaca-baca apa yang akan dipelajari nanti atau jika sedang bosan aku selalu
membaca komik atau novel yang terdapat di perpustakaan ini. Aku memang senang
berada di sini. Suasananya tenang. Berada di dalamnya sangat membuatku nyaman.
Aku memang tidak suka berada di keramayan yang banyak orangnya.
Perpustakaan
ini cukup bersih dan teratur. Dinding dan langit-langitnya berwarna putih,
sedangkan lantainya berwarna biru muda. Aku duduk di tempat favoritku, tempat
yang menghadap ke jendela sehingga aku bisa leluasa melihat pemandangan di
luar. Pemandangan yang memperlihatkan pohon-pohon hijau yang rindang yang bisa
membuat hatiku sejuk dan tenang.
“hi,
boleh aku duduk di sini?” tanya sorang pemuda bertubuh tinggi bagai tiang
listrik (?) sambil memegang kursi yang ada di sebelahku. Dan itu membuatku
berpaling dari buku yang sedang aku baca dan melihat wajahnya. TAMPAN.
Aku
hanya mengangguk kecil sebagai jawaban dan pandanganku kembali fokus terhadap
buku yang sempat aku abaikan tadi. Pemuda itupun duduk di kursi sebelahku.
“kalau
boleh tau, kamu siapa? Aku Yuto. Nakajima Yuto. Anak tingkat 3 jurusan hukum”
tanya pemuda itu lagi sambil memperkenalkan dirinya.
“hajimemashite
senpai. Atashi wa Chinen Yuri desu. Tingkat 2 jurusan kedokteran. Yoroshiku”.
#Autor POV
Sejak
pertemuan itu, mereka sangat dekat. Mereka selalu pergi bersama. Makan bersama.
Melalui hari bersama. Sampai 2 minggu setelah itu..
“Yuuchan..”
panggil seorang pemuda pada seorang gadis yang tengah asik makan obentonya di
taman yang berada di belakang gedung kampus tempat kuliahnya. Mendengar
panggilan itu, sang gadispun menoleh pada pemuda itu dan menghentikan
aktifitasnya. Terlihat pemuda jangkung sedang menghampirinya. Pemuda itu
menyimpan kedua tangan di balik punggungnya, seperti sedang menyembunyikan
sesuatu.
“douka
shita no Yuto senpai?” Yuri menyimpan obento itu dan bangkit tuk menghadap
senpainya.
Mereka
berdiri secara berhadapan. Yuto tersus berjalan maju. sampai jarak di anatara
mereka 30 cm lagi, dia menghentikan langkahnya. Sesaat kemudaian, dia
mencondongkan tubuhnya. Membisikkan sesuatu pada gadis itu.
“ore
wa omae ga daisuki desu”
“eh,,?”
Yuto
langsung berlutut di hadapan gadis itu sambil menyerahkan setangkai bunga mawar
merah. Otomatis Yuri mundur beberapa langkah ke belakang.
“jadi,,
apakah kau mau jadi pacarku?”
“eh,,?”
“yah!
Jangan bilang eh,, eh,, mulu.. jawab pertanyaanku. Kamu mau kan jadi pacarku?”
tanya Yuto lagi dengan nada sedikit memaksa.
Yuri
mengangguk kecil sebagai jawaban. Sebenarnya dia bingung mau jawab apa. Tapi
gak tau kenapa kepalanya malah bergerak sendiri tuk menjawab pertanyaan itu.
Seperti ada sebuah sihir yang harus membuatnya melakukan seperti itu. Saat Yuri
akan mengambil bunga mawar merah itu dari tangan Yuto. Yuto malah lebih dulu
melempar bunga itu ke belakang tubuhnya.
“yatta..
aku menang” teriak Yuto dengan girang. Yuto membalikkan badan, menghadap
pepohonan yang ada di sebelah kanannya.
“eh,,”
Tiba-tiba
dua orang pemuda muncul dari balik pepohonan dengan memperlihatkan tampang
kecewanya. Dua orang itu adalah sahabat dekat Yuto (Ryutaro dan Keito).
“minna.
Kalian bisa liat sendiri kan. Tidak ada yang bisan menolak karismaku. Kalian
kalah dan kalian harus menepati janji kalian” ucap Yuto dengan sombongnya
sambil melipat kedua tangan kanannya di depan dada.
“ya
kami ngaku kalah. Ini” Ryutaro dan Keito langsung melemparkan kunci mobil
masing-masing dan dengan sigap Yuto lagsung menangkapnya.
“jadi
ini semua hanya sebuah taruhan? hanya pura-pura?” butiran bening mulai keluar
dari pelupuk mata Yuri. Yuto kembali menghadap Yuri.
“benar.
Kau kira aku akan beneran suka sama kamu? Mana mungkin Yuri,, seorang Yuto mana
mungkin suka sama perempuan sepertimu. Kau bukanlah tipeku. Itu hanya ada dalam
cerita dongeng. Dongeng cinderella” Yuto mengeluarkan kata-kata itu dengan nada
yang meremehkan dan tanpa perasaan sedikitpun. Hal itu membuat Yuri semakin sakit
hati dan cairan bening itupun semakin melimpah ruah, Membanjiri pipi manis
gadis itu.
Yuri
langsung berlarimeninggalkan tempat itu. Ia berlari tanpa arah tujuan. Ia tidak
tau harus kemana. Yang ia tau, bahwa dirinya itu harus menjauh dari pemuda
jangkung itu dan kedua sahabatnya.
“kau
benar-benar keterlaluan Yuto. Kau kan tidak perlu mengucapkan kata-kata seperti
itu” ucap Ryutaro yang merasa kasihan terhadap gadis tadi.
“bener
tuh apa kata Ryuu. Kau itu tidak punya perasaan” lanjut Keito
“eh,,,
apa kalian tidak sadar. Ini semua salah kalian. Jika kalian tidak menantangku
dan membuat taruhan ini. Ini semua tidak akan terjadi. Dan kata siapa aku tidak
punya perasaan. Aku melakukannya di tempat sepi seperti ini, yah karna aku
tidak mau kalau misalnya dia dipermalukan di depan banyak orang. Sudah lah,
jangan pedulikan hal ini lagi. Lebih baik sekarang kita senang-senang”
Tanpa
mereka sadari, dari kejauhan ada seseorang yang menyaksikan kejadian itu.
“mereka
benar-benar keterlaluan”
~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~
Yuri terus berlari. Ia begitu merasakan sakit yang
menyayat-nyayat pada hatinya. Bukan karena ia merasa cintanya yang bertepuk
sebelah tangan. Ia sama sekali tidak mencintai pemuda itu. Tapi ia merasa
sangat kecewa karna orang yang selama dua minggu terakhir ini menjadi temannya
dan ia anggap bahwa orang itu baik ternyata kenyataannya orang itu adalah orang
yang paling jahat.
Ia merasa lebih baik dijauhi dari awal daripada awalnya
dekat dan kemudian ia akan di tinggalkan begitu saja. Itu lebih menyakitkan
karna ia akan merasa kehilangan. Ia teringat dengan kejadian setelah ibunya
meninggal. Semua temannya tidak mau lagi berteman dengan Yuri.
“Hiks,, apa salahku..? kenapa semua orang menjauhiku?”
Tiba-tiba Yuri menghentikan langkah kakinya. Ia melihat
sebuah boneka beruang berwarna putih dengan ukuran sedang dan membawa sebuah
strawberry tergeletak di bawah rindangnya pohon sakura.
Dengan perlahan Yuripun menghampiri boneka itu. Di ambilnya
boneka itu dan di perhatikannya boneka itu sejenak. Boneka beruang itu terlihat
agak kotor.
“dimana pemilikmu? Kenapa kau bisa sendirian disini? Apa kau
dibuang begitu saja sama sepertiku? Mulai sekarang kau tidak akan sedirian.
Kita berteman. Mau kan kamu jadi temanku?” Yuri menggerakkan kepala boneka itu
seperti gerakkan mengangguk, seolah-olah boneka itu telah menyetujui ajakan
Yuri. Yuripun sedikit menyunggingkan senyimannya.
“ano,, daijoubu?” Yuri sangat kaget mendengar suara itu.
Suara seorang pria. Dia tidak mengira bahwa di tempat itu ada orang lain selain
dirinya. Dengan cepat Yuripun menghapus air matanya.
Tanpa membalikkan badan menghadap pemuda itu, Yuri
mengangguk cepat dan langsung berlari dengan membawa boneka yang ditemuinya
itu.
“chotto matte. Kamu mau kemana?” tanya orang itu sambil
menghentikan langkah Yuri dengan memegang tangannya. Yuri hanya diam dan
menunduk.
“kore?” ucap pemuda itu sambil memberikan sebuah saputangan
kepada Yuri. Yuri melihat saputangan itu.
“ambilah, dan hapus air matamu itu dengan benar” akhirnya
Yuripun menurut.
“yosh. Ikou” kata pemuda itu setelah Yuri menghapus air
matanya.
“eh?” akhirnya Yuripun berani melihat muka pemuda itu.
DEG
‘dia kan,,,, Daiki Arioka. Salahsatu mahasiswa populer di
kampus ini dan orang yang aku kagumi’
“ayo kita pergi”
“kemana?”
“sudahlah, ikut saja”
“demo,, aku masih ada jam kuliah”
“sekali-kali bolos gapapa kan! Lagian aku bosan, kamu mau
kan temenin aku jalan-jalan” Yuri berpikir sejenak dan akhirnyapun setuju.
~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~
*saat
di perjalanan*
“anoo,,, “ akhirnya Yuripun memberanikan membuka mulutnya
tuk memulai percakapan.
“nani?” tanya Daiki tanpa menoleh karna fokus terhadap
jalanan.
“kenapa senpai tidak mengajak jalan teman-teman senpai saja?
Kenapa malah mengajakku yang hanya orang asing ini. Bukankah sebelumnya kita
tidak saling kenal dan senpai juga tidak tau aku kan!” dengan gugup Yuri
berusaha mengucapkan kata-kata itu.
“aku tau siapa kamu. Kamu Yuri Chinen anak tingkat dua
jurusan kedokterankan! Lagian aku juga yakin kalau kamu mengenalku. Jadi aku
anggap saja kita sudah saling kenal. Atau kita perlu kenalan lagi?” tanya Daiki
sambil melirik ke arah Yuri. dengan cepat Yuripun menggelengkan kepalanya.
‘kenapa dia bisa tau tentangku?’ batin Yuri.
“dan, alasan aku mengajak kamu pergi karna memang dari dulu
aku sudah berniat mengajak kamu pergi, namun baru berkesempetan sekarang”
‘dia bilang apa tadi? Apa aku salah dengar?’ Yuri tampak
bingung. Ia terus berkutat dengan pikirannya. Sedangkan Daiki terlihat senang.
Mereka terus bersenang-senang dengan mengunjungi berbagai
tempat sampai hari menjelang sore. Daikipun mengantarkan Yuri sampai depan
rumahnya.
“arigatou senpai” ucap Yuri.
“harusnya aku yang berterimakasih karna kamu mau temenin aku
jalan-jalan. Itsumo arigatou. Jaa,, matta ashita. oyasumi”
“chotto senpai, kore” ucap Yuri sambil memberikan saputangan
yang tadi.
“itu buat kamu saja”
“doumo arigatou”
~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~
*ke esokan harinya*
Yuri
sedang duduk di kelasnya, menunggu datangnya sensei. Namun pikirannya terus berkutat,memikirkan
mimpi yang dialaminya semalam. Dalam mimpi itu, Yuri sedang berada di tempat
yang begitu gelap, entah itu tempat apa. Yang jelas tidak ada sedikit cahayapun
di tempat itu.
Yuri
terus berjalan dengan sangat pelan dan hati-hati, mencari jalan keluar.
Tiba-tiba muncul cahaya yang begitu menyilaukan dari arah depan. Dan dari
cahaya tersebut terlihat seorang pemuda dengan pakaian serba hitam datang
menghampirinya dan berkata “tenanglah. Aku ada di sini. Di sisimu. Aku akan
selalu menjagamu, melindungimu. Percayalah. Jadi jangan bersedih lagi” Sosok
pemuda itupun langsung lenyap dengan terbangunnya Yuri.
‘sadahlah,
jangan terlalu dipikirkan. Itu hanya bunga tidur’ batin Yuri
Tiba-tiba
dia terpokus dengan percakapan teman-temannya yang baru memasuki kelas.
“eh,
kalian liat berita tadi?” tanya seseorang pada kedua temannya.
“liat..
mengerikan yah! Ketiga cowo keren itu ditemukan tewas dengan cara yang
mengenaskan” tanggap temannya yang berambut ikal.
“Ryuu,
Yuto & Keito. Padahal mereka bertiga itu pangeranku” komen yang bertubuh
gemuk.
“eit,,
Keito itu pangeranku tau” ucap yang berambut ikal tidak terima.
“sudah,
sudah.. kalian ini kenapa sih! Orang udah meninggal diperebutkan. Oyah! Motif
pembunuhannya belum jelas yah! Tapi diduga karna dendam, melihat kondisi korban
yang terpotong-potong dan diletakkan di berbagai tempat” kata yang pertamakali bertanya.
“bener.
Masa mata pereka di tempel di depan pintu, kaki-kaki dan tangan-tangan mereka digantung
di langit-langit rumah, Kepala mereka ditemukan di tong sampah. Uh,,
mengerikan” ucap yang bertubuh gemuk sambil berigidik ngeri.
“kalian
tau, paling parahnya daleman mereka (ginjal, hati, jantung, paru-paru, usus,
dll) dibikin sup. Huuahh,,, bayanginnya juga pengen muntah”
“benar,,
benar... oyah, si pembunuh juga meninggalkan petunjuk berupa angka. Kalau gak
salah angka 15 deh.. kenapa seperti itu yah!”
#Flash
Back end
“Souka,
kenapa gak kepikiran dari tadi... 15. Benar juga. Setiap kali pembunuh
melakukan aksinya, setiap kali itu juga dia selalu meninggalkan petunjuk dengan
menggunakan angka 15. Apa maksud angka 15 itu? apa karna dia suka dengan angka
itu? atau dia akan melakukan pembunuhan sampai 15 kali?” dengan keras Yuri
terus berusaha tuk memecahkan misteri ini.
“oyah,
perasaan belakangan ini aku sering menjumpai angka 15. Kira-kira dimana yah! Yama,,
ayo bantu aku!!” ucap Yuri sambil mengguncang-guncang bonekanya.
“percuma
saja bicara sama kamu. Kamu tidak bisa bicara kan! Andai kau bisa bicara”
Yuripun menyimpan kembali boneka itu di atas meja dekat tempat tidurnya.
Seketika ia melihat sebuah saputangan yang terletak dekat dengan letak
bonekanya –saputangan pemberian senpainya (Daiki) itu-.
Yuri
mengambil saputangan itu. Diperhatikannya lekat-lekat. Saputangan berwarna
putih dengan hiasan gambar bola.
“chotto,
apa ini angka 15” ucap Yuri saat melihat tulisan dengan ukuran kecil yang
dirajut dengan benang berwarna merah dibagian ujung dari saputangan itu.
“bener
juga. Aku sering melihat angka 15 itu di barang-barang milik Daiki senpai. Apa
benar dia pelakunya?”
Yuri termenung sebentar.
“Yosh,,, besok aku harus selidiki dia,,,”
*ke-esokan
harinya*
#Yuri POV
Apa
aku harus tanya dia tentang angka 15 itu sekarang juga? Tapi rasanya aku belum
siap.
Sekarang
aku sedang duduk di bawah pohon sakura yang letaknya dekat dengan lapangan
basket. Aku memang sengaja duduk disini agar lebih mudah memperhatikan Daiki
senpai yang sedang latihan basket dengan teman-temanya.
DEG
Dia
melihat ke arahku, dan memperlihatkan senyuman manisnya.
Sepertinya
dia telah selesai latihan.
APA?
Dia menghampiriku? Aku harus gimana?
Tanpa
ku sadari, aku langsung berdiri dan kakiku bergerak cepat pergi dari tempat itu.
Yah, aku tidak tahu kenapa aku malah lari mejauh darinya.
Semenjak
itu aku selalu menghindar darinya. Begutupun juga hari ini.
#Autor POV
“Yuuchan,,
chotto matte? Nande? Kenapa belakangan ini kau selalu menghindariku? Apa ada
yang salah?” tanya Daiki sambil memegang kedua pundak Yuri.
“etto,,,
mungkin itu Cuma perasaan senpai. Aku sama sekali tidak merasa menghindar dari
senpai. Demo,, gomen na senpai. Aku harus pulang sekarang juga. Otousan
menyuruhku untuk pulang secepat mungkin. Gomen na. Ittekimasu” bohong Yuri. Setelah
membungkuk Yuripun langsung pergi meninggalkan Daiki.
~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~
Semenjak
hari itu Daiki tidak pernah memperlihatkan batang hidungnya kembali. Yuri
selalu berkeliling kampusnya namun dia tidak pernah melihat senpainya itu.
Begitu juga saat latihan basket. Karna penasaran dan ada sedikit rasa khawatir
serta bersalah terhadap senpainya itu, diapun mencoba untuk mencari tahu.
Yuri
berjalan menelusuri lorong, berusaha mencari tau kelas senpainya itu. Dia yakin
jika teman sekelas Daiki, mereka akan mengetauhi keberadaannya. Namun setiap
kali dia mencoba bertanya dimana kelas Daiki kepada orang-orang yang berpapasan
dengannya, mereka malah selalu menghindar.
“sumimasen,,,”
barusaja Yuri menyebutkan kata itu mereka malah terlebih dahulu
meningkalkannya. Namun Yuri terus mencoba, dia tidak mau menyerah begitu saja.
‘aaa,,
itu kan temen-teman sekelasnya Daiki senpai. Mungkin mereka tau keberadaan
Daiki senpai, dengan itu aku tidak perlu kerepotan mencari kelas Daiki senpai’
batin Yuri saat melihat ketiga orang yang sedang berjalan ke arahnya dalam
jarak 5 meter.
Yuri
langsung menghampiri mereka. Tetapi barusaja ia melangkahkan kakinya sebanyak
dua langkah dan ketika ia akan membuka mulutnya, mereka bertiga malah
membalikkan badan dan langsung berlari dengan kecepatan penuh.
‘sebegitu
menakutkannya diriku?’ gumam Yuri sambil tertunduk lesu.
‘Yuri,,
akiramenaii.. ganbatte na’ Yuri mengepalkan tangannya dan menyemangati dirinya
sendiri.
“ah,,
apa sebaiknya aku tanyakan itu pada teman-teman dari tim basketnya saja! Semoga
mereka mengetahui keberadaan Daiki senpai dan semoga saja mereka mau
memberitahuku”
Yuripun
langsung menuju lapangan basket. Sesampainya di sana dia langsung duduk di
salah satu bangku yang terdapat di pinggir lapangan itu. Sekarang lapangan itu memang
masih kosong karna latihan akan dimulai dalam 30 menit lagi.
20
menit berlalu.
“Yuri
san? Sedang apa kau sendirian di sini?” tanya seseorang.
Yuri
langsung mengarahkan pandangannya pada asal suara tersebut. Terlihat dua orang
pemuda sedang berjalan ke arahnya. Mereka berdua membawa tas masing-masing dan
sekeranjang bola basket.
‘kenapa
mereka tau namaku? Ah,, Yuri BAKA. Kau kan terkenal sebagai shinigami. Demo,
masalahnya bukan itu. kenapa mereka malah menghampiriku? Bukannya lari,
menghindar seperti yang lainnya’ batin Yuri.
“Yuri
san?” ucap yang lainnya. Namun Yuri hanya diam dan memasang tampang
binggungnya.
“Yurisan.
Kenapa kamu diam saja? Apa kamu sakit?” sekarang kedua pemuda itu sudah berada
tepat di depan Yuri.
“eh?
Iie. Etto,,, aku Cuma bingung saja. Apa Hikka senpai dan Yabu senpai tidak
takut terhadapku?” Yuripun bangkit dari duduknya.
“hahaha...
Apa yang kamu katakan? Kenapa kami harus takut terhadapmu?” tanya Hikaru.
“kau
ini cantik, manis, lugu lagi. Apa yang harus ditakutkan dari orang seperti
dirimu” kata Yabu sambil mengacak-ngacak rambut Yuri.
Sekarang
wajah Yuri sudah memerah layaknya kepiting rebus karna malu.
“tapi
kan aku selalu menyebabkan sial. Orang-orang yang berurusan dengan ku pasti
meninggal” ucap Yuri.
“tidak
juga. Malahan Daiki sial semenjak kau hindari” sangkal Yabu.
“eh?
Maskudnya? Oyah, ngomong-ngomong selama beberapa hari ini Daiki senpai kemana?
Kenapa tidak pernah kelihatan?” tanya Yuri yang teringat akan tujuan sebenarnya
dia datang ke tempat itu.
“yah,
itu dia. Semenjak kau hindari dia selalu kelihatan murung dan sering melamun.
Dia menjadi tidak pernah fokus terhadap sesuatu. Bahkan saat mengendarai
sepedah motornya. Dan akhirnya terjadi kecelakaan deh” jelas Yabu.
“kecelakaan?
Tapi, Daiki senpai tidak apa-apa kan?” tanya Yuri khawatir.
“tenang
saja. Dia tidak apa-apa kok. Cuma perlu dirawat beberapa hari” kata Yabu.
“oyah,
apa kamu mau menjenguknya? Pasti dia akan sangat senang dan akan berusaha keras
supaya lekas sembuh. Kebetulan sehabis latihan kami juga akan menjenguknya”
ajak Hikaru.
Yuri
tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.
~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~
Yuri
terus menunggu senpai-senpainya latihan basket sendirian di pinggir lapangan
sambil menikmati segelas jus mangga.
Waktu
sudah menunjukkan pukul lima sore, dan akhirnya latihanpun selesai. Setelah
siap-siap dan membeli beberapa buah-buahan untuk Daiki, mereka bertigapun
akhirnya pergi menuju rumah sakit tempat Daiki dirawat.
~sesampainya di depan kamar inap Daiki~
“kamu
tunggu dulu di sini yah! Kami ingin memberinya kejutan” Yuri hanya mengangguk
sebagai jawaban. Hakaru dan Yabupun masuk ke kamar itu duluan. Terlihat Daiki
sedang melamun seperti biasa.
“hei,,
kenapa setiap kami menjengukmu kemari, kau selalu seperti itu. Memangnya tidak
ada kerjaan lain selain melamun apa?” ujar Yabu sambil menyimpan sebuah
keranjang yang berisi buah-buahan di atas meja yang terletak di pinggir tempat
tidur Daiki.
“..........”
Daiki tidak merespon sama sekali. Ia hanya terus memandang ke luar jendela
dengan pandangan kosong.
“hei,,
kenapa kau mengacuhkan kedatangan kami” ucap Hikaru kesal. Namun Daiki tetap
diam. Tidak bergeming sama sekali.
Mereka
berdua (Yabu dan Hikka) saling berpandangan. Seketika mereka tersenyum penuh
arti. Mendapatkan sebuah ide.
“Yuri,,,
sebaiknya kita pulang sekarang juga. Sepertinya Daiki tidak mau kita kunjungi”
Yabu dan Hikaru langsung berjalan dengan pelan menuju pintu keluar.
“Yuri?
apa dia ada di sini juga?” tanya Daiki dengan mata yang berbinar-binar.
Sekarang
gantian, malah YabuHikka lah yang mengacukhan Daiki.
“hei,,
hei,, hei,, ayolah.. Gomen.. Apa benar Yuri ada di sini? Di mana dia?”
“hemm,,
ia. Dia memang ada di sini. Kami akan menyuruhnya masuk asalkan kau tidak boleh
mengacuhkan kami lagi” kata Hikka
“baiklah.
Yakusoku. Gomen na” mendengar itu Yabu dan Hikka tersenyum. Selama Daiki
dirawat di rumah sakit ini, mereka belum pernah melihat sahabatnya itu seceria
sekarang.
Yabu
langsung berjalan menuju pintu keluar. Menyuruh Yuri masuk.
~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~
~Yuri
POV
Aku
kembali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Jam sudah
menunjukkan pukul 8 p.m. Aku harus cepat-cepat pulang. Sebentar lagi tousan
pulang. Jika aku tidak ada di rumah saat tousan pulang, dia pasti akan sangat
marah dan menyiksaku kembali. Aku begitu menyesal karna terlalu asik berbincang
dengan Daiki senpai dan teman-temannya tadi, dan menolak tawaran Hikka senpai
untuk mengantarku pulang. Yuri baka.
Aku
segera berlari menyusuri pinggir sungai yang sangat sepi dan gelap. Hanya ada
sedikit penerangan di tempat itu dan tidak ada siapapun. Aku terpaksa memilih
jalan ini karna jalan ini adalah jalan satu-satunya yang dapat mengantarkanku
pulang ke rumah dengan cepat.
Aku
terus berlari santai sambil setiap saat melirik ke arah jam tanganku. Tiba-tiba
terdengar suara seseorang dari arah belakangku. Seperti suara seseorang yang
sedang berlari. Jantungku berdetak lebih kencang seketika. Suara siapa itu? apa
dia seorang penguntit? Apa dia seorang penculik? Atau,,,,. Semua pikiran
burukpun tiba-tiba bermunculan dalam benakku. Aku sangat takut. Akupun langsung
mempercepat lariku.
~Autor POV
Yuri
terus berlari. Tanpa terasa sebuah tangan besar menariknya dari belakang. Tubuh
Yuri yang kecil membuatnya mudah ditarik oleh sang pemilik tangan besar tersebut.
Yuri
terbanting jatuh ditanah berkat tarikan itu. Kemudian tangan Yuri ditarik
kembali dan dia dipojokkan ke pohon yang ada di pinggir sungai itu.
“ahhhh..”
pekik Yuri karna merasakan sakit pada punggungnya.
“hai
cantik. Kenapa sendirian di tempat seperti ini? Kalau begitu biar aku temenin.
Bagaimana kalau kita bermain sebentar” ucap seorang pria tua bertubuh besar di
depan Yuri.
“yada.
Tolong lepaskan aku” bentak Yuri dengan suara aga sedikit bergetar karna
ketakutan.
“lepaskan?
Tidak akan. Sebelum kita bersenang-senang, SAYANG” ucap lelaki tua itu dengan
tatapan mesumnya.
Yuri
brigidig ngeri ketika ia membayangkan apa yang akan dilakukan pria tua itu
padanya.
“ojisan,,
tolong lepaskan aku. onegai” mohon Yuri walaupun ia yakin kalau pria brengsek didepannya
itu mana mau melepaskannya sebelum keinginannya tercapai. Tapi setidaknya ia
mencobanya terlebih dahulu.
“TASUKETTEeeeeeeee”
teriak Yuri tatkala lelaki tua itu ingin menciumnya.
PLAK
Karna
ulahnya tadi, Yuri mendapatkan tamparan tepat di pipi sebelah kanannya.
Terlihat darah keluar dari sudut bibir mungilnya itu.
“diam.
Bersikaplah manis. Jika tidak aku tidak akan segan-segan untuk membunuhmu”
bentak pemuda itu dengan tatapan tajam. “Lagian percuma saja kau teriak-teriak.
Disini tempat yang sepi. Tidak ada yang akan menolongmu” bisik peria tua itu.
Saat
pria tua itu mencoba kembali mencium Yuri, tiba-tiba terlihat sebuah kapak
melayang dan mendarat tepat di kepala pria tua itu. Pria tua itu ambruk
seketika. Terlihat cairan kental berwarna merah dan benda kenyal berwarna putih
keluar dari kepalanya.
Yuri
sangat shock. Wajahnya pucat pasi. Ia hanya bisa diam terpaku melihat
pemandangan yang begitu mengerikan dihadapannya. Beberapa detik kemudian iapun
ambruk dan tidak sadarkan diri.
~keesokan harinya
Yuri
berjalan gontai menuju rumahnya. Ia masih shock dengan peristiwa yang
menimpanya kemarin malam. Setelah di tanya-tanya oleh detektif barusan,
ternyata peristiwa kemarin termasuk kedalam peristiwa pembunuhan berantai angka
15. Setelah melihat foto yang diberi oleh detektif yang menanyainya tersebut, (Foto
yang menampilkan sebuah pohon besar dengan hiasan potongan-potongan dari tubuh
manusia yang sengaja digantung di berbagai rantingnya, dan terlihat pula pada
batang pohon tersebut sebuah ukiran berbentuk angka 15) Yuri dapat menyimpulkan
kalau sang pelaku melakukan kreasinya itu sesaat setelah Yuri tidak sadarkan
diri. Dia dijadikan saksi, tapi ia sama sekali tidak mengetahui sosok pembunuh
itu.
Tapi
sekarang yang singgah dalam pikirannya bukan saja tentang peristiwa pembunuhan
itu, namun nasibnya kelak ketika ia bertemu dengan ayahnya. Yuri sangat takut
bertemu dengan ayahnya. Bukan hanya karna takut akan mendapat siksaan dari
ayahnya itu, tapi juga takut jika pembunuh itu membunuh ayahnya juga. Yuri belum
siap jika suatu saat nanti akan hidup sebatang kara.
Sekarang
Yuri sudah berada di depan pintu rumahnya. Ia sangat ragu untuk memasuki
rumahnya tersebut. Selama beberapa menit ia hanya diam mematung. Ketika ia
memberanikan dirinya dan akan membuka pintu rumahnya tersebut, pintu itu
tiba-tiba terbuka. Terlihat ayah Yuri –Kei- sedang berdiri di depan pintu
sambil menatap Yuri dengan tatapan tajam. Yuri langsung menundukkan kepalanya.
“Tadaima”
ucap Yuri dengan suara amat pelan.
Kei
tidak menjawab perkataan dari anaknya itu. Ia malah menarik paksa Yuri memasuki
rumah dan membanting pintu rumah dengan keras. Setelah itu iapun mendorong Yuri
ke arah meja tamu yang terbuat dari kaca.
PRANG
Meja
itu pecah. Kedua tangan Yuri yang ia gunakan untuk menyangga pada meja tadipun
terkena luka goresan dari pecahan kaca itu. Yuri hanya bisa diam dan menangis
sambil memegang tangannya yang terkena luka goresan itu.
“dari
mana saja? Kenapa baru pulang, hah?” bentak Kei sambil menendang tubuh Yuri.
“gomen”
hanya itu kata yang keluar dari mulut Yuri. Karna Yuri tau, walaupun ia
menjelaskannya panjang lebar, ayahnya tidak akan percaya dan malah akan
menyiksanya lebih dan lebih lagi.
Yuri
terus menundukkan kepalanya. Dia terduduk sambil memegang lututnya.
“Aaaahhh”
teriak Yuri tatkala Kei menarik rambutnya dengan kasar.
“gara-gara
kamu tidak pulang, aku jadi tidak makan. Sekarang rasakan ini” Kei mengambil
sebuah pecahan kaca yang berukuran sedang dan memasukkannya ke mulut Yuri
dengan paksa. Setelah itu Kei langsung menampar pipi Yuri berkali-kali hingga
pecahan kaca itu menembus pipinya, melukai lidahnya. Untungnya tidak sampai
memotong lidahnya itu.
Setelah
puas akan hal itu Kei terdiam sejenak menyaksikan anaknya yang sedang kesakitan
dan memuntahkan darah serta beberapa pecahan kaca yang ada di mulutnya.
Barusaja Yuri akan beranjak dari tempat itu dan berniat untuk pergi ke
kamarnya, tiba-tiba Kei memegang tangan Yuri dan menyeretnya menuju kamar
mandi.
“hukumanmu
belum selesai” ucap Kei sambil mengunci kamar mandi itu.
Yuri
terduduk di pojokan kamar mandi. Terus menangis sambil menahan sakitnya itu.
meratapi nasibnya.
~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~
Setelah
mengurung Yuri di kamar mandi, Kei berniat untuk pergi ke kamarnya. Namun
ketika ia akan melewati pintu dapur, kakinya tersangkut oleh sehelai benang
tipis yang tak tau sejak kapan terpasang di sana. Seperti ada seseorang yang
telah menjebaknya.
Kei
kehilangan keseimbangannya dan terjatuh menimpa pecahan-pecahan kaca yang
berserakan di depannya. Pecahan-pecahan kaca itu adalah pecahan kaca yang
berasal dari pecahan meja tadi.
“arg,,”
Kei meringis kesakitan. Dengan segenap kekuatan yang ia miliki, ia berusaha
untuk bangkit.
Terlihat pecahan-pecahan kaca itu
menempel dan menembus pada sekujur tubuh bagian depan Kei. Cairan berwarna
merah kental berbau anyir keluar dari tempat menempelnya pecahan kaca itu.
Termasuk di kedua mata Kei. Yah! Kedua mata Kei ikut terkena pecahan kaca itu
dan menyebabkannya buta.
Saat Kei mencoba mencabut
pecahan-pecahan kaca yang menembus pada telapak tangannya, Kei mendengar sebuah
suara seperti besi yang bergesekan dengan lantai –seperti ada yang sedang
menyeret sesuatu. Kei menajamkan indra pendengarannya, memastikan kalau suara
yang ia dengar itu benar-benar ada. Karna menurut sepengetahuannya, di rumahnya
itu tidak ada orang lain selain dirinya dan Yuri.
Suara itu lama kelamaan semakin
mendekat dengan secara perlahan , namun Kei sama sekali tidak mendengar suara
langkah kaki yang menyertai suara gesekan besi tersebut.
Kei sangat ketakutan. Ia berusaha
untuk menjauh dari tempatnya berada dengan segala kemampuan yang ia miliki
sekarang. Ia terus mengesot mundur sampai pinggungnya membentur tembok.
Sekarang Kei telah terpojok dan sesaat itu juga suara itu menghilang. Awalnya
Kei sangat lega karnanya. Namun beberapa detik kemudian ia tersadar bahwa sosok
yang tidak diketahui itu belum menghilang dan bisa saja menyerangnya secara
tiba-tiba.
Benar saja. Detik itu juga tiba-tiba
Kei merasakan ada sebuah benda tajam menusuk perutnya –tepat dibagian pusarnya.
“Arrrggg,,, se,, be,, nar,, nya,,
kamu,, si,, apa? Apa,, yang,, ka,,mu,, mau,, da,, riku?”ucap kei dengan susah
payah.
“.....” beberapa detik suasana
menjadi tampak hening.
“Aaaaaaaaa” teriak Kei saat ia
merasakan benda tajam yang menusuk perutnya itu mengiris perutnya dengan arah
melingkar. Sehingga sekarang perutnya itu bolong dan dari perutnya yg bolong
itu terlihat usus, ginjal dan segala macam isi perut Kei. *gomen minna, autor
susah merangkai kata2 dalam kasus ini. Maaf jah kata-katanya ancur. Bayangin
jah hantu sundel bolong. Namun yang bolong bukan punggungnya, tapi perutnya dan
yang keliatan dalam bolongan itu bukan belatung tapi usus dan semacamnya. OK
^_^*
Sehabis melakukan itu si pelaku
langsung memotong tangan dan kaki Kei. Kali ini Kei tidak merasakan rasa sakit
apapun karna dia sudah meninggal. *udah ah jadi psikopatnya. Autor udah gak
tahan. Autor nyerah*
~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~
~2 bulan kemudian~
Semenjak kejadian itu Yuri jadi hidup
sebatang kara. Untung Daiki masih setia menemaninya. Dan Yuri juga sadar bahwa
dugaannya selama ini yang menyatakan bahwa Daiki pelaku semua pembunuhan itu
salah besar. Karna waktu itu Daiki sedang dirawat di rumahsakit dan kakinya
belum bisa digunakan berjalan sehingga tidak mungkin kan dia melakukan
pembunuhan. Yuri juga tau kenapa senpainya itu sangat menyukai angka 15. Dan
hal itu hanya diketahui oleh mereka berdua. *Buat pembaca, jangan tanya autor
Ok, karna autorpun tidak tau alasannya. Mungkin karna Daiki lahir tanggal 15
April... hehe XD*
Luka yang didapat Yuri waktu itupun
sudah sembuh namun masih terlihat bekasnya. Itupun berkat bantuan Daiki yang
membiayai oprasi perawatan Yuri.
Waktu menunjukkan pukul 20:00. Terlihat
Yuri baru pulang dari kampusnya. Ia langsung menuju kamarnya dan membaringkan
tubuh mungilnya di atas tempat tidur.
Yuri melirik ke arah Yama yang berada
di samping bantalnya. Ia langsung mengambil bonekanya itu dan langsung
memeluknya.
“Yama,, menurut kamu apa Daiki senpai
itu baik? Tadi dia menyatakan perasaannya padaku. Apa yang harus aku lakukan? Apa
aku terima saja? Sebenarnya aku juga menyukai Daiki senpai. Tapi aku takut. Aku
takut dia seperti Yuto senpai. Aku takut dia hanya berpura-pura menyukaiku.
Padahal yang sebenarnya dia hanya menjadikanku sebagai taruhannya. Dan, kau tau
sendiri kan kalau Daiki senpai itu orang yang sangat populer di kampus, ganteng
dan kaya pula. Sedangkan aku,, aku hanya gadis sebatang kara ditambah lagi
sekarang ini aku adalah gadis buruk rupa... Hufh,, aku benar-benar bingung.
Sebaiknya aku tidur saja deh. Semoga saat bangun aku mendapatkan jawabannya.
Yama, jika kau bisa mendengarkan curhatanku dan bisa berbicara, apa yang akan
kau katakan?” Yuri mengangkat bonekanya ke atas dan sejenak memperhatikannya. Lima
menit kemudian diapun memeluk bonekanya kembali.
Berselang beberapa menit, Yuripun
sudah terbang ke alam mimpinya.
“Yuri,,, apa kau akan berpaling dariku? Jangan harap
Yuri,, aku tidak akan membiarkan itu terjadi”
Yuri langsung bangun dari tidurnya.
‘mimpi itu? kenapa pemuda itu hadir
lagi dalam mimpiku? Apa akan terjadi pembunuhan kembali? Tapi,, perasaan hari
ini aku tidak disakiti oleh siapapun dan ucapannya itu,, perasaan yang
dulu-dulu tidak seperti itu. Semoga saja tidak terjadi apa-apa’ batin Yuri.
Yuri melihat pada jam dinding yang
terdapat tepat di depan tempat tidurnya. Jam menunjukkan pukul 21:30.
‘sepertinya aku akan susah untuk
kembali tidur. Rasa kantukku sudah menghilang’ batin Yuri.
Yuri langsung bangkit dari tempat
tidurnya dan menuju ruang tengah tuk menonton TV. Setelah menyalakan TV dan
menemukan film kesukaannya, Yuri kembali pergi ke kamarnya.
“Yama,, temenin aku nonton TV yuk”
ajak Yuri pada boneka beruangnya. Tapi sayangnya dia tidak melihat boneka itu
di atas tempat tidurnya.
“perasaan saat tidur tadi, dia aku
peluk deh. Dan seharusnya, sekarang dia ada di atas tempat tidur dong. Tapi kok
ga ada” Yuri terus mencari boneka beruangnya itu. Namun boneka itu tidak ada
dimana-mana.
Want
you to know
I
really wanna say to you
That
you’re the only one
Kimi
ga subete you’re my everything
Tiba-tiba kaitai Yuri berdiring,
tanda ada panggilan masuk. Yuri langsung menggambil kaitainya dan sejenak
melihat layar monitor dari kaitainya itu.
“Daiki senpai? Ada apa dia telpon
malam-malam?” karna penasaran, Yuripun langsung menerima panggilan itu.
“Moshi-moshi,,,”
“Yuri, cepat kerumahku”
“eh, ini kan sudah malam. Memangnya
ada apa?”
“aku juga gak tau kenapa ini bisa
terjadi. Boneka kamu hidup. Sekarang dia ada di sini dan sepertinya dia mau
membunuhku”
PRANG
“senpai apa itu?”
“sudah. Jangan banyak tanya. Cepat
tolong aku dan hentikan boneka kamu itu”
Tut tut tut
“YAMA,, HIDUP?”
~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~
Setelah mendapatkan telpon dari
Daiki, Yuri langsung bergegas tuk menemuinya. Walaupun Yuri menganggap itu
hanyalah sekedar lelucon belaka, tapi dia merasa khawatir. Ada suatu perasaan
yang membuatnya harus segera menjumpai Daiki. Dia takut jika sedetik saja dia
terlambat, dia akan merasakan penyesalan.
Sesampainya di rumah Daiki, Yuri
langsung bergegas mencari keberadaan senpainya itu. Untung pintunya tidak
terkunci sehingga dengan mudah Yuri dapat memasuki rumah tersebut.
“Daiki senpai” teriak Yuri sambil
terus memperhatikan keadaan rumah yang lumayan besar itu. Keadaan rumah itu
sangat berantakan. Banyak pecahan kaca dimana-mana dan barang-barang yang
awalnya tersusun dengan rapi, sekarang hancur berantakkan. Keadaan rumah itu
seperti habis terkena gempa bumi dengan kecuatan yang cukup besar.
“Yuri,, tasukette... argggg,,” teriak
Daiki. Terdengar dari suaranya, sepertinya dia lagi kesakitan.
“Daiki senpai” dengan panik Yuri bergegas menghampiri asal suara
itu.
Sesampainya di sebuah kamar, Yuri
sangat terkejut dengan apa yang sedang ia saksikan. Terlihat Daiki sedang meronta-ronta
agar ia dapat membebaskan dirinya. Kedua tangannya terikat pada tali yang sudah
terikat pada sisi ranjang yang berbeda. Begitupun dengan kedua kakinya. Di atas
tubuh Daiki terdapat sebuah boneka beruang. Boneka itu sedang menggoreskan
suatu tanda di kedua tangan Daiki dengan sebuah pisau lipat yang digenggamnya.
Boneka beruang?
Yah! Boneka itu adalah boneka yang
selama ini menjadi teman curhat Yuri. sekarang semuanya sudah terungkap.
Ternyata yang selama ini berusaha melindungi Yuri, yang selalu hadir dalam
mimpi Yuri dan yang melakukan semua pembunuhan itu adalah boneka beruang
miliknya. YAMA.. tapi apa hibungannya dengan angka 15?
“STOOOP,,, Yama hentikan. Jangan
lakukan itu. jangan membunuh lagi. Aku mohon” teriak Yuri pada boneka itu. Namun
tetap saja Yama terus melakukan aksinya dan menghiraukan perkataan Yuri.
“Yuri,, hayaku,, tasukette,, arg,,”
ucap Daiki sambil menahan sakit yang terdapat pada tangannya.
“Yama onegai. Dia tidak punya salah
apapun. aku janji akan selalu bersamamu dan tidak akan pernah berpaling darimu.
Itu kan mau mu. Tapi, tolong lepaskan dia” dengan seketika boneka itu
menghentikan aksinya dan kembali menjadi boneka biasa. Sementara itu Daiki
tiba-tiba pingsan.
Melihat itu, Yuri langsung berlari
menghampiri Daiki. Menyingkirkan Yama dari atas tubuhnya. Dan membuka semua
tali yang mengikat tangan dan kaki pemuda itu.
“Daiki senpai. Ayo bangun” ucap Yuri
dengan cemas sambil menepuk-nepuk pipi pemuda itu.
“Yuri,,” dengan perlahan Daiki
membuka matanya.
“Syukurlah, sepertinya senpai tidak
apa-apa” ujar Yuri lega. Yuri pun membantu Daiki agar bangkit.
“Senpai,, luka itu,, apa senpai punya
peralatan P3K? Biar aku obati” tawar Yuri yang melihat luka goresan yang
terdapat di kedua tangan Daiki. Dari luka itu keluar darah.
“Tidak usah. Aku tidak apa-apa. Lebih
baik sekarang kita pergi dari sini” kata Daiki. Namun sepertinya Yuri tidak
mendengarkan perkataan dirinya. Ia terus memperhatikan goresa yang ada di kedua
tangan Daiki itu. Goresan itu membentuk sebuah tulisan angka dari bahasa jepang
namun tetap menggunakan huruf alfabet. Ichi (1) di tangan sebelah kanan dan di
tangan yang satunya lagi bertulisan Go (5).
“Ichi,,,, go,,, ichigo?” Yuri
membacakan tulisan itu “jadi petunjuk angka 15 yang aku pikirkan selama ini itu
berarti strowberry” lanjut Yuri dengan nada yang amat pelan.
“nani?” tanya Daiki sambil
memiringkan kepalanya.
“eh,, iie,, betsuni. Oyah, dimana senpai
kotak P3K nya?”
“jadi kamu tidak mendengar
perkataanku tadi?”
“hehe” Yuri hanya nyengir sambil
menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“hemm,,” Daiki hanya mendesah kecil
“sudahlah, lebih baik kita pergi dari sini dan cepat bakar boneka itu” Daikipun
mengambil boneka yang tergeletak itu.
“dame..
kasian” ucap Yuri sambil merebut boneka itu dari tangan Daiki.
“nande?”
“yah! Walaupun kelihatannya jahat.
Demo, menurutku dia itu baik. Dia membunuh hanya untuk melindungiku. Hanya saja
menggunakan cara yang salah” jelas Yuri sambil memperhatikan boneka beruang itu.
mendengar perkataan itu Daiki tersenyum.
“baiklah, kalau begitu ayo kita pergi
dari sini” Daiki merebut kembali boneka itu dan langsung melemparnya jauh-jauh.
“ikou” Daiki menarik tangan Yuri.
mengajaknya agar segera pergi dari tempat itu.
“kemana? Bonekanya? Aku kan sudah
janji”
“kita pergi ke luar kota. Biarkan
boneka itu di sini. Dia hanya akan membawa bencana” dengan paksa Daiki menarik
tangan Yuri. Yuri hanya pasrah mengikuti kemana Daiki akan pergi. Karna saat
ini orang yang sangat ia kenal dan sangat ia percaya hanya Daiki seorang.
~*~*~*~*~ #Chii L Kyuu# ~*~*~*~*~
Saat berada di dalam taksi
“Daiki senpai,,, kita ke rumahku dulu
yah! Aku mau bawa beberapa barangku dulu” kata Yuri.
“baiklah. Oyah, jangan panggil aku
dengan sebutan itu lagi” ucap Daiki.
“eh? Terus aku harus memanggil senpai
dengan sebutan apa?” tanya Yuri.
“panggi aku YAMA”
“nande?”
“aku lebih suka dengan nama itu”
jawabnya.
“wakatta”
(mulai sekarang kau ada dalam
lindunganku. Dengan tubuh ini, aku akan lebih mudah melindungi mu, Yuuchan. Aku
tidak akan kesulitan lagi. Dan satu hal lagi, permintaanmu sudah terkabul.
Sekarang aku bisa bicara. Dan kamu tidak akan kesepian lagi. Arigatou Daiki_kun,
karna kau telah memberikan tubuhmu ini) Yama menyeringai dalam tubuh Daiki.
owari
haha... minna gimana ceritanya?? Aku
tunggu kritik dan sarannya yah!! 39 udah mau baca ^_^
Sebenarnya aku ingin Yama yang di
posisi Daiki. Kalau seperti ini kan Yamanya gak kelihatan. Tapi kalau diubah
akan jadi berantakan. Yang lahir di tangal 15 kan Daiki dan yang suka ichigo
kan Yama.
Oyah,, Yama itu gak pikir dulu apa?
Main bawa kabur Yuri begitu saja. Emang dia punya uang tuk beli rumah baru?
Wkwkwk XD and Yuri mau maunya lagi dibawa kabur...
Autor: yama,,, bawa kabur aku juga
dong... *ngejar taksi yama & yuri*
Oyah, satu lagi. Maaf yah waktu acara
pembunuhannya ga begitu menakutkan dan menegangkan. Autor susah bikinnya. Ga
bisa.. FF ini juga lama dibuat karna waktu pembunuhannya. Semoga saja dilain waktu
saat bikin ff tentang yang gini lagi autor sudah lancar jadi psikopat... eh (?)
tolong di maklum saja yah! Soalnya ini FF pertama yang aku buat tentang
begonoan... XD